Minggu, 22 Desember 2024

Ribuan Orang Hadiri Grebeg Syawal di Cirebon

Baca Juga

Ribuan orang dari berbagai daerah baik di sekitar Cirebon maupun luar Cirebon mengikuti tradisi Grebeg Syawal di Astana Gunung Jati. Mereka beramai-ramai berebut berkah dari Sultan Kanoman yang merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati.

Ribuan orang mendatangi Astana Gunung Jati, tempat dimana Sunan Gunung Jati bersama keluarga dan keturunannya dimakamkan. Selanjutnya seluruh keluarga keraton Kanoman yang dipimpin langsung Sultan Pangeran Raja Emirudin menuju makam Sunan Gunugn Jati melalui beberapa pintu, diantaranya Pintu Pasujudan, Pintu Kandok, Pintu Pandan, Pintu Soko, Pintu Kaca, Pintu Bacem dan Pintu Gusti.

Di setiap pintu mereka memanjatkan doa tahlil dan dzikir yang dikhusukan kepada Kanjeng Sunan Gunung Jati, para Panembahan, para Sultan dan para keluarga yang dimakamkan di areal tersebut.

Setelah itu rombongan pun turun ke Pintu Mreggu yang merupakan areal dimana keturunan warga Tiong hoa berdoa. Di areal ini pun rombongan memberikan penghormatan kepada Putri Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati.

Ribuan masyarakat pun menunggu di Bangsal Pesanggarahan, sebagai tempat terakhir persinggahan keluarga Keraton Kanoman. Di tempat ini Gusti Sultan Pangeran Raja Emirudin beristirahat sambil hidangan khas Cirebon.

Sawer, sebagai tanda syukur atas rezeki yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa pun dilakukan. Ribuan orang berebut untuk mendapatkan sawer dari keluarga keraton. Tidak hanya itu, mereka pun memperebutkan makanan yang baru dimakan Sultan. “Ini makanan Sultan, berkah untuk kami,” tutur Ijah, seorang warga Cirebon yang mengaku setiap tahun tidak pernah melewatikan tradisi Grebeg Syawal di Astana Gunung Jati. Tidak hanya makanan, minuman Sultan pun diperebutkan oleh mereka dan dimasukkan ke dalam gelas-gelas plastik.

Ratu Raja Arimbi Nurtina, adik Sultan Kanoman mengungkapkan tradisi Grebeg Syawal rutin dilakukan setiap hari ketujuh di bulan Syawal. “Ini pun sebagai ucap sukur setlah berpuasa di bulan Ramadhan dan puasa sunah syawalan,” katanya.

Digelarnya Grebeg Syawal sempat membuat terjadi kemacetan lebih dari 2 kilometer di ruas pantura tengah. Akibatnya kendaraan roda dua yang sebelumnya dialihkan ke jalur ini dikembalikan ke jalur pantura utama melewati Palimanan untuk menghindari terjadinya kemacetan yang lebih panjang di jalur ini.


Sumber: Tempo Interaktif, 8 Oktober 2008

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya