Oleh: Zahra Amin
Dengan memanfaatkan media daring internet pengajian mampu menjangkau lebih luas, bahkan hingga sampai ke luar negeri. yang mulanya terbatas hanya dalam bilik-bilik pesantren, kini kajian kitab kuning menjadi popular bisa dipahami dengan bahasa yang lebih sederhana, gaul, dan dekat dengan kehidupan generasi milenials.
Fahmina.or.id-Ada hal lain yang identik disetiap bulan Ramadhan, yakni ngaji online yang merupakan adaptasi dari tradisi ngaji posoan atau pasaran (tatap muka, setiap ramadhan-red)) kitab kuning di pesantren. Bagi masyarakat yang masa mudanya pernah merasakan hidup dan tinggal di pesantren tentu sudah tak asing dengan kebiasaan itu. Bahkan bisa jadi hari ini menjadi sesuatu yang paling kita rindukan agar bisa mengalaminya kembali. Bagaimana menjalani rutinitas selama bulan puasa di pesantren, dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi, yang diisi dengan mengaji dan mengaji dari satu pengampu ke pengampu lainnya.
Semarak ngaji online ini sudah dimulai sejak tahun-tahun kemarin. Dengan memanfaatkan media daring internet pengajian mampu menjangkau lebih luas, bahkan hingga sampai ke luar negeri. yang mulanya terbatas hanya dalam bilik-bilik pesantren, kini kajian kitab kuning menjadi popular bisa dipahami dengan bahasa yang lebih sederhana, gaul, dan dekat dengan kehidupan generasi milenials.
Seperti kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali, Kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd yang rutin dibaca Gus Ulil Abshar Abdala dan disiarkan langsung melalui akun facebook beliau setiap sehabis tarawih. Dalam kesempatan yang lain, Kiai Kuswaedi Syafei dari Jogjakarta juga menyiarkan langsung pengajiannya, dengan kitab Fusus Al Hikam karya fenomenal Ibnu Arabi, Tafsir Jalalain karya Syeikh Abdul Qodir Jailani, dan Kitab Matsnawi karya Jalaludin Rumi.
Tak ketinggalan pula Yayasan Fahmina Cirebon juga merilis jadwal Pesantren Ramadhan yang disiarkan live melalui akun halaman facebook fahmina institute setiap sesudah dzuhur hingga ashar. Di minggu pertama ada Buya KH. Husein Muhammad yang menyapa lewat tema “Etika Komunikasi dalam Islam”, lalu di minggu kedua diampu KH. Marzuki Wahid dengan membawakan tema “Islam dan Perempuan Perspketif Keadilan”, dan terakhir dipungkasi oleh Dr. Rafan S. Hasyim dengan tema “Menyelami Kearifan Islam Cirebon”.
Baca artikel terkait: Menyebarkan Kebaikan atau Diam
Maka apabila melihat begitu besar manfaat dari siaran langsung ngaji online di media daring, seyogyanya kita turut meramaikan dengan terlibat langsung menjadi viewer atau membagikannya.
Fakta ini belum ditambah dengan live streaming pengajian kitab di pondok pesantren yang tersebar diseluruh Indoensia, atau Kiai, Bu Nyai, Ustadz, Ustadzah dipelosok-pelosok desa yang setia mengampu atau balah kitab kuning dengan jama’ah yang hanya mendengarkan saja. atau istilah Indramayu-Cirebon disebut Jiping alias ngaji kuping. Jika merunut sejarah, mengaji kitab kuning merupakan tradisi pesantren salaf terutama dikalangan Nahdlatul Ulama. Maka untuk melestraikan tradisi itu harus melakukan kemasan baru, meskipun teks kitab kuning lama namun disampaikan dengan tema kekinian dan bahasa yang mudah dipahami orang awam. Sehingga perlu metodologi penyampaian yang tidak terlalu berat agar bisa dicerna masyarakat.
Dengan fenomena ngaji online yang marak di bulan Ramadhan ini, penulis berharap selain menambah konten positif bagi netizen, dan mengenalkan tradisi pesantren salaf terhadap masyarakat umum, sehingga pemahaman agama yang didapatkan benar, tidak menyimpang, dan mudah pahami. Sebab penulis percaya semakin mendalam keilmuan seseorang, maka ia akan seperti padi yang akan merunduk, semakin menyejukkan dan memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Bukan malah membuat kerusakan dengan menebarkan teror bahkan mengancam disintegrasi bangsa. Selain itu dengan materi ngaji online yang disampaikan, diharapkan akan mampu mengurangi ujaran kebencian, berita hoax dan menangkal pemahaman radikalisme serta terorisme di Indonesia.
Baca juga: Puasa Momentum Menjaga Diri dari Bahaya Lisan
Maka apabila melihat begitu besar manfaat dari siaran langsung ngaji online di media daring, seyogyanya kita turut meramaikan dengan terlibat langsung menjadi viewer atau membagikannya. Terutama bagi generasi milenials Islam agar mereka juga mengenal sejarah dan karya ulama-ulama terdahulu, yang keilmuannya hingga kini terus mengilhami dan menjadi rujukan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, kita juga bisa berinteraksi dengan warga net yang lain, menyambung silaturahim meski hanya melalui dunia maya, menambah teman dan saudara. Dengan mengikuti pengajian online, wawasan kita akan lebih dibuka, perspektif kita menjadi lebih luas, dan lentur ketika menghadapi persoalan hidup dan realitas sosial.
Bahkan kita juga bisa mengikuti kegiatan ngaji ini kapanpun dan dimanapun saja, tanpa mengurangi niat baik dan pahala atas perbuatan baik itu. Bulan Ramadhan sudah berjalan sepuluh hari, dan masih ada kesempatan hari-hari mendatang hingga saatnya dia akan menyampaikan salam perpisahan. Sebelum waktu itu tiba mari kita manfaatkan dengan melakukan kegiatan positif dan bermanfaat, salah satunya yakni dengan mengikuti pengajian online yang bertebaran di media daring. Akhir kata, Selamat mengaji.