Sabtu, 21 Desember 2024

Tradisi Padang Wulanan Untuk Cirebon Damai

Baca Juga

Fahmina.or.id, Kesambi. Perkembangan zaman khususnya di bidang teknologi yang terjadi pada saat ini, mengakibatkan masyarakat semakin  bersikap individualis. Sikap individualis ini tentunya mengurangi kebersamaan antara satu individu dengan invdividu lainnya, yang mengakibatkan hilangnya rasa toleransi, empati, saling mengargai, dan sebagainya.

Semakin canggihnya teknologi juga mengakibatkan banyak para remaja dan pemuda sekarang tidak lagi peduli terhadap tradisi mereka. Hal inilah yang membuat Fahmina Institute bekerjasama dengan Institut Studi Islam Fahmina  (ISIF) menyelenggarakan acara Tradisi Padang Wulanan Untuk Cirebon Damai pada hari Selasa, (31/5/2016).

Rudi salah satu panitia acar mengatakan Padang Wulanan adalah salah satu kegiatan rutin Faminah Institute dan ISIF, Padang Wulanan juga merupakan salah satu tradisi yang ada di Cirebon. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 12-18 menurut kalender Jawa dikarenakan pada tanggal ini adalah bulan purnama.

“Makna dari tradisi Padang Wulanan ini ialah mempersatukan alam, manusia, dan Pencipta. Kegiatan ini juga diharapkan mampu membuat para remaja dan pemuda cinta akan budaya dan melestarikan tradisi serta budaya yang ada.” ujar Rudi disela-sela acara.

Selain itu Rosidin selaku Direktur Faminah Institute, dalam sambutannya mengatakan ada beberapa alasan  yang membuat Padang Wulanan ini digelar. Pertama, karena ingin menghidupkan kembali tradisi yang sempat redup. Kedua, Padang Wulanan ini juga menjadi salah satu ajang untuk para pemuda  mengekspresikan inovasi yang mereka miliki. Ketiga, salah satu bentuk refleksi terkait fenomena sosial kekinian. Terakhir untuk memperingati atau menyambut bulan suci Ramadhan.

Kegiatan dihadiri oleh paraktisi seni dan akademisi di wilayah Cirebon,Polres Cirebon Kota, Komunitas Pergerakan Cirebon, dan Kabid Kebudayaan Disporbudpar Kota Cirebon.

Dalam kegiatan ini juga menampilkan Orasi Budaya oleh KH. Husen Muhammad, selain itu dilanjutkan dengan berbagai kreatifitas seperti Tari Merak oleh mahasiswa ISIF. Tidak hanya tarian merak, tari Topeng dari Losari oleh Mimi kartini dan penari cilik Tini Febriani juga ditampilkan dalam acara ini. Ronggeng Bugis oleh SMK 1 Kedaung juga memeriahkan acara ini, berbagai bakat yang dimiliki seperti Musikalisasi Puisi, Teater, Vokal Group juga turut memeriahkan acara ini.

Dalam acara tersebut Jaringan Cirebon Kangge Kemanusiaan melakukan pernyataan sikap bersama terkait kejahatan seksual terhadap korban-korban pelecehan seksual dan menuntut pengesahan UU penghapusan kekerasan seksual.

Acara ini ditutup dengan kata penutup oleh Mahrus Elmawa “Kebhinekaan berbagai agama, suku, ras adalah suatu kesatuan untuk melihat keabadian proses mencari kebenaran” ujarnya mengakhiri kegiatan tersebut. (Nurmala)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya