Selasa, 15 Oktober 2024

Adakah Yang Belum Pernah Terlanggar Hak Asasinya?

Baca Juga

Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Ibu Wati Wardani, saat memfasilitasi sesi Simulation of Human Rights dalam acara A National Workshop on Freedom of Religion or Belief as Human Right in Indonesia di Yogyakarta, 10-12 Desember 2008. Ketika Ibu Wati memulai sesi dengan bertanya demikian, kontan para peserta diam. “Saya ulangi, adakah diantara kita yang belum pernah terlanggar hak asasinya?” Tanya ulang Bu Wati. Peserta pun kembali diam. “OK jika demikian, artinya semua kita ini pernah merasakan dilanggara hak asasinya”, tegasnya lagi.

Menurut Imam Aziz, salah seorang peserta workshop dari LKiS, cara bertanya Ibu Wati itu menarik sekali, karena dengan demikian berarti menyadarkan kita semua bahwa soal hak asasi adalah kebutuhan kita semua, yang pernah dilanggar haknya. Jadi Hak Asasi Manusia (HAM) mestinya jangan buru-buru dicurigai karena ia berasal dari Barat, tetapi mesti dirasakan sebagai kebutuhan bersama, yang wajib dilindungi dan dihormati oleh negara. “Pendekatan dengan bertanya seperti Ibu Wati itulah yang diperlukan sekarang, bukan menggadang-gadang HAM sebagai sesuatu yang asing dan baru sama sekali”, tandas Mas Imam.

Menurut pantia penyelenggara, Andy Dermawan, workshop ini terselengara atas kerjasama Centre for Religious and Socio-Cultural Diversity (CRSD) UIN Yogyakarta dengan The Oslo Coalition on Freedom or Belief, Norwegian dan The Intenational Center for Law and Religion Studies at Brigham Young University, Utah-USA. Hadir dalam workshop ini tudak kurang 87 (delapan puluh tujuh) peserta yang terdiri dari para ilmuwan, akademisi, kalangan pesantren, dan para akitifis kemanusiaan.

Workshop yang di selenggarakan bersamaan dengan momentum hari Hak Azasi Manusia (HAM) sedunia ini, dibagi setidaknya dalam tiga kelompok sesi. Kelompok sesi pertama, adalah sesi-sesi yang diisi oleh para narasumber ahli, kelompok sesi kedua diisi dengan diskusi kelompok, sedangakan kelompok sesi ketiga diisi dengan presentasi hasil diskusi kelompok tersebut. Yang sekaligus juga mengajukan berbagai rekomendasi untuk ditindak lanjuti.

Pada kelompok sesi presentasi narasumber, sesi-sesi yang ada dibedakan menjadi sesi recognizing, protecting dan sesi promoting freedom of religion or belief  as human right. in Indonesia.

Pada sesi recognizing, salah seorang narasumber, Dr. Martinus Sardi, membawakan makalah dengan judul, Towards the Society More Democratic, Harmony and Peaceful. Pada sesi protecting, diisi oleh beberapa narasumber. Di antaranya KH. Ir. Shalahuddin Wahid yang membawakan makalah tentang Perlindungan Hak Atas Kebebasan Beragama. Narasumber lainnya, St. Sunardi dengan sangat menarik dan ‘gayeng’ membawakan makalah dengan judul Penganekaragaman Wacana Keagamaan Sebagai Stretegi Perlindungan Kebebasan Beragama. Sementara itu Munir Mulkhan, juga dengan sangat komprehensif, menjelenterhkan perdebatan-perdebatan dan pro kontra seputar kebebasan beragama di Indonesia. Sementara itu pada sesi promoting, Fajrul Falaakh mengajurkan sebaiknya diperlukan kepekaan akan local wisdom ketika kita mempromosikan Kebebasan Beragama di tengah masyarakat. Sedangkan Renata, dengan jelas dan gamblang, membeberkan berbagai fakta lapangan berbagai persoalan yang muncul dalam konteks memajukan dan mempromosikan Kebebasan Beragama.

Setelah parade narasumber usai, peserta diajak untuk melakukan diskusi kelompok secara lebih terfokus. Peserta pun kemudian dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing mendiskusikann tema yang berbeda. Kelompok pertama mendiskusikan seputar problem dan startegi recognizing. Kelompok kedua mendiskusikan seputar problem dan strategi protecting. Dan kelompok ketiga mendiskusikan seputar problem dan strategi promoting. Peserta kemudian berdiskusi berdasarkan kelompok masing-masing.

Di hari ketiga, hasil diskusi kelompok dipresentasikan. Masing-masing kelompok satu demi satu mempresentasikan hasil diskusinya. Dari sinilah kemudian peserta mendiskusikanya kembali, dalam rangka memperkaya dan memperdalam wacana dan perspekstifnya. Demikianlah workshop ini berjalan serius, tetapi tetap hangat. Karena selalu diselingi canda tawa para peserta. Selamat berwokrshop, semoga bermanfaat.  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Kampung Sawah: Potret Keberagaman Terbalut Hangat dengan Nilai Persaudaraan

Oleh: Devi Farida Kampung sawah adalah daerah yang didiami oleh masyarakat yang heterogen. Berbanding terbalik dengan kampung pada umumnya, yang...

Populer

Artikel Lainnya