Histeris memang mendengar berita-berita yang terjadi di Amerika. Sebegitu gampangnya menghilangkan nyawa orang banyak, menumpahkan banyak darah. Apakah itu yang namanya negara makmur, di mana Amerika sendiri termasuk negara yang berkembang dan maju dalam segi politik dan teknologi persenjataannya. Tetapi, dengan adanya kemajuan tersebut masyarakatnya semakin brutal dan anarkis. Apa dan mengapa sebenarnya mereka banyak melakukan tindak kriminal? Padahal Amerika itu negara yang bisa disebut negara penguasa dari negara-negara di dunia. Semua kehendak ada di tangan mereka, termasuk konflik antara Israel dan Palestina yang juga tidak luput dari campur tangan mereka. Kita bisa membaca di berbagai berita online betapa kejinya Amerika membantai kaum muslim di Israel. Di luar kesadaran mereka, bahwa di negaranya sendiri AS, telah banyak terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh masyarakatnya. Seperti yang terjadi di Oregon, Colorado, Wiscosin, Arizona, Texas, Virginia Tech, dan lain sebagainya. Apakah itu sebuah karma, atau kah hanya orang-orang tak waras saja yang melakukan tindakan anarkis.
Seperti yang terjadi minggu-minggu ini, kasus pembunuhan masal yang menewaskan 27 orang yang terjadi di sekolah dasar Sandi Hook, Newtown di negara bagian Connecticut AS. Dan terbaru berita pembunuhan masal yang menewaskan 4 orang. Seperti yang sudah di sebutkan sebelumnya, telah terjadi pula banyak pembunuhan-pembunuhan masal yang di lakukan masyarakat Amerika. Sungguh mengerikan bukan, jika sandara kita dari Indonesia berada di sana sedang menimba ilmu, atau sedang mengais rizki menjadi salah satu korban pembunuhan masal yang dilakukan masyarakat Amerika yang brutal tanpa adanya sebab.
Telah disinyalir, pembunuhan-pembunuhan masal tersebut digunakan alat bantu senjata api baik pistol ataupun senapan. Ternyata, dari data situs ainutijar.com mencatat di perkirakan, antar 39-50 persen dari 43-55 juta rumah tangga, memiliki setidaknya satu senjata api, dengan total 258 juta pucuk senjata. Dari data tersebut bisa kita lihat hampir masyarakat Amerika mempunyai senjata api, yang mungkin suatu saat bisa membahayakan dirinya sendiri. Demikian pula dari data vivanews.com mencatat tentang seluruh negara bagian di AS memperbolehkan kepemilikan senjata, entah itu pistol atau senapan, atau kedua-duanya bisa dimiliki secara ilegal.
Sungguh tambah mengerikan untuk membayangkannya dengan adanya berita yang tercatat tersebut. Sebenarnya dari mana kah dan sebegitu gampangnya mendapatkan senjata yang sangat berbahaya tersebut. Jikalau setiap orang memegang senjata, maka tidak mengherankan masyarakat bisa kapan saja melakukan tindakan anarkis yang melenyapkan banyak nyawa. Karena senjata yang dipegangnya memupuni kekuatan pemegangnya. Jadi, kapan saja dan di mana saja pelor-pelor itu bisa melayang-layang meluncur dan melukai orang-orang yang tak berdosa.
Di AS sendiri, kepemilikan senjata api telah diatur oleh UU Milisi tahun 1792, di mana senjata api hanya boleh dimiliki oleh seseorang yang sudah berusia di atas 21 tahun, yang dibeli oleh penjualan yang resmi dan sudah berizin. Orang-orang yang tidak boleh membelinya adalah buronan, pengguna narkoba, memiliki gangguan kejiwaan, bukan warga negara AS, pendatang ilegal, orang yang tengah di adili, dan banyak lagi lainnya. Dari adanya kebijakan tersebut sangatlah berpengaruh bagi masyarakatnya, sehingga masyarakat merasa diberi kebebasan untuk mempunyai senjata. Ahirnya banyak masyarakat Amerika yang di tangannya sudah dan selalu tersedia senjata-senjata yang berbahaya tersebut.
Begitu pun, karena penjualan-penjualan ilegal yang di informasikan sudah marak terjadi di AS. Bahkan penjualan di dunia maya pun sudah berlangsung. Pemesan bisa langsung pesan dan barang itu akan di kirim ke rumah-rumah sesuai pesanan. Dari data VOA, situs yang menjual senjata amunisi adalah bulkammo.com yang menjual peluru dengan harga US$250 atau setara dengan Rp. 2.300/peluruh.
Bisa kita analisis juga, betapa murahnya menghilangkan 27 nyawa dengan sekejap yang sudah susah payah membesarkannya, mendidiknya, tidak lupa juga banyaknya uang yang sudah dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang tersebut. Bisa kita hitung, dari kasus Adam Lanza yang di mana ia telah menembak 27 orang, jika masing-masing orang ditembak dengan dua kali tembakan saja, sama halnya ia meluncurkan 54 peluruh dari tangannya, dikalikan dengan peluruh yang hanya dibandrol dengan harga Rp. 2.300. Hanya dengan uang senilai Rp. 124200 ia bisa gampangnya membunuh banyak nyawa tak berdosa.
Lebih parahnya lagi, jika seseorang yang sudah berumur lebih dari 21 tahun dan ia merasa berhak memiliki senjata, ia pun akhirnya membeli senjata tersebut, sedangkan, ia mempunyai seorang anak kecil yang masih belia, maka cenderung anaknya tersebut akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya itu. Dengan memegang megangnya atau bahkan memainkannya. Walaupun, ketika anak tersebut memegang senjata, peluru tidak terpasang dalam senjata tersebut, tetapi anak tersebut akan mengerti dan paham betul tentang cara menembak. Seperti kisah tentang Adam Lanza lelaki berusia 20 tahun, dimana orang tuanya telah bercerai dan ia pun ikut dengan ibunya. Menurut salah satu sumber, ternyata ibunya mempunyai banyak koleksi senjata api di rumah tempat tinggal mereka dan di simpan pada ruangan yang tertutup. Tidak ada yang tahu apa tujuan seorang ibu menyimpan banyak benda yang berbahaya tersebut. Dari cerita tersebut, mungkin Adam Lanza adalah salah satu korban didikan yang salah dari ibunya. Sehingga ia berani menembak dengan lihainya anak-anak tak berdosa bahkan ibunya pun ia bunuh di tangannya sendiri.
Sebenarnya, pada figur seorang anak, ia terkadang senantiasa asyik dengan apa yang dilakukannya dari apa yang dilihatnya. Dan dari apa yang anak itu lakukan, ia akan mencobanya sedikit demi sedikit. Dari kasus Adam Lanza bisa kita lihat, dia melakukan tindakan seperti itu mungkin karna ia sering melihat ibunya dengan rumah penuh senjata dan merupakan aset yang dimilikinya. Dan dengan kemampuannya itu ia melakukan tindak kriminal.
Pengaruh Lingkungan dan Games Online
Pada psikologis perkembangan anak, di sini dijelaskan, pada umur 0-8 tahun anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan. Di mana pada saat itu anak akan sangat peka terhadap rangsangan. Pada tahap ini anak akan mengalami perkembangan berfikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik, dan perkembnagn sosial. Di sini orang tua harus menjaga anaknya dengan penuh perhatian khusus. Karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa mendatang. Anda bisa menbaca perkembangan kognitif dan tahap-tahap perkembangan anak ini di situs badanku.com.
Pada tahap ini sudah jelas, betapa pentingnya pengajaran orang tua terhadap anaknya yang masih usia dini. Sehingga apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasakan akan sangat mudah dicerna dan diingat oleh anak tersebut. Proses ini mungkin menjadi tahap awal mencerdaskan anak dan mendidik anak dengan baik. Pada kasus Adam lanza, dia bisa menembak, dia berlaku brutal, dengan umur yang terbilang masih muda dan belum cukup umur mempunyai senjata, mungkin itu adalah salah satu didikan ibunya sejak kecil yang selalu diperlihatkan senjata-senjata yang berbahaya. Sehingga Adam kecil jelas selalu menirukan apa yang di ajarkan ibunya tersebut hingga ahirnya ia berlaku tindakan kriminal.
Dari gambaran yang sudah saya uraikan, pada tahap itu juga anak-anak ternyata senang permainan-permainan yang diajarkan kepadanya. Dan pasti ia akan selalu memainkannya dengan hati penuh candu dan riang. Memang benar, dampak positif dari anak bermain games adalah salah satu cara mengajarkan anak agar supaya menjadi cekatan dan sigap. Perkembangannya akan menjadikan ia sebagai anak yang rajin dan tekun dalam mengerjakan tugas yang diembannya, dan selalu teliti oleh masalah yang dilihatnya. Bermain games juga salah satu sarana untuk melatih fikiran, emosi, kesabaran. Sehinggai ia bisa jeli dan berkonsentrasi terhadap suatu permasalahan.
Tetapi, dari games tersebut selain dampak positif, ada juga dampak negatinya, terutama games online yang menampikan adegan laiknya teroris. Anak yang kecanduan games biasanya akan lupa waktu, tidak mengenal lelah akibatnya sakit, lupa akan kewajiban yang harus dikerjakannya, dan tentu suatu pemborosan. Dari fakta-fakta tersebut bisa kita paparkan, anak yang suka bermain games terutama games action atau sejenis tembak-tembakan, ia terkadang mempraktekan aksi-aksinya dengan sangat brutal dan kriminal bersama temannya yang menjurus pada tindak kekerasan, pemukulan, dan sebagainya.
Sejarah dari perkembangan games online sendiri bisa anda lihat di situs ligames.com. Di AS sendiri informasi yang ditulis oleh situs ketok.com memberitakan hanya karena gara-gara games seoarang pemuda di Amerika nekad menusuk temannya sendiri. Bahkan anak yang kecanduan games sering bolos di waktu sekolahnya. Sunguh sangat bahayanya games itu. Sampai-sampai banyak sekali problema buruk yang terjadi.
Demikian, dari data-data yang saya paparka di atas. Bisa kita duga, banyaknya pembantaian, pembunuhan yang semuanya merujuk pada hilangnya nyawa seseorang di Amerika itu diliputi banyak faktor. Dari mulai kebijakan tentang kepemilikan senjata yang bebas, kepemilikan senjata ilegal, pendidikan tidak wajar yang menggangu perkembangan anak, dan juga atraksi-atraksi gemes yang disajikan yang bisa menumbuhkan perilaku emosional yang keras dan senantiasa berlaku tindakan anarkis yang besar. Mungkin itulah yang terjadi di negara Amerika Serikat.
*Penulis adalah mahasiswi semester I Institute Studi Islam Fahmina (ISIF)