Sabtu, 27 Juli 2024

KENAPA PEREMPUAN SELALU JADI KORBAN

Baca Juga

Kita sering melihat seorang perempuan mengenakan pakaian street atau rok di atas lutut (sebut saja rok mini) berjalan di keramaian. Lalu sekelompok laki-laki menggodanya dengan siulan. Hal serupa dialami pula oleh perempuan berjilbab. Dengan busana rapi dan tertutup, ternyata perempuan masih sering pula mendapat sindiran yang kurang pantas didengar oleh telinga kita. Padahal Tuhan telah menciptakan perempuan dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Dan perempuan diciptakan  untuk dihargai, bukan untuk dilecehkan atau diperlakukan semena-mena. 

 

Pemerkosaan akhir-akhir ini sering menimpa perempuan, seperti sebuah trend. Musibah ini pun terjadi tidak memandang bulu. Asalkan dia seorang perempuan, baik cantik atau lebih cantik, perempuan dewasa bahkan anak-anak pun menjadi korbannya.  Dan korban perkosaaan itu bukan hanya perempuan yang mempunyai aktivitas publik yang penuh kesibukan atau aktivitas hingga menyebabkan dia bekerja sampai larut malam. Seperti karyawan, buruh pabrik, bahkan pekerja seks.  Namun juga dialami oleh perempuan yang berada di lingkungan domestik. Menyakitkan lagi korbannya adalah anak-anak di bawah umur. 

 

Pemerkosaan tersebut dilakukan oleh laki-laki yang tidak bermoral. Pelaku juga bukan saja laki-laki yang berada di luar rumah ( baca : laki-laki tak dikenal).  Ironisnya, pelaku adalah pacar, teman, guru, bahkan kerabat terdekat dari korban.  Seperti yang dialami oleh seorang bocah umur 5 tahun bernama  Melati asal Jagapura Lor Kecamatan Gegesik   Ia diperkosa oleh kerabatnya sendiri. Bocah tersebut tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Namun karena perubahan sikap dan igauan polos si bocah,  barulah diketahui. Dan ia mengatakan apa yangtelah dilakukan kerabatnya terhadap bocah tersebut.

Kenapa Perempuan  Sering Jadi Korban?
Dalam beberapa kasus, kita menemukan bahwa yang menjadi obyeknya adalah perempuan. Sementara subyeknya adalah laki-laki. Tapi justru tidak jarang pihak perempuan yang disalahkan. Barangkali ini disebabkan masih kentalnya mitos dalam masyarakat bahwa seorang perempuan adalah mahluk yang merepotkan, lemah, pasrah dan banyak lagi nilai rendah yang diterima perempuan. Karena sifat feminimnya (anggun, cantik, lembut), dia pantas dijadikan sebagai obyek dari sebuah tindak kekerasan dan pelecehan seksual. Dan kesalahan tersebut dilimpahkan pada perempuan. Perempuan dianggap telah memulai atau memancing laki-laki untuk melakukan tindak kekerasan (pelecehan) terhadap dirinya.

 

Dengan asumsi perempuan tersebut mengenakan pakaian yang “mencolok”, mengundang sahwat dengan membuka aurat. Sebuah konstruk patriarki agaknya kuat sekali dalam masyarakat kita. Karena konstruk atau institusi patriarki, masyarakat tidak menerima seorang perempuan berpakaian mencolok. Perempuan dianggap lebih menarik jika ia tidak berdandan dengan sengaja agar berpenampilan menarik.  Sebaliknya jika perempuan itu sengaja berdandan untuk menarik perhatian orang, ia akan dianggap perempuan murahan dan cenderung akan diperlakukan seenaknya  Semua anggapan dan konstruk  budaya patriarki yang mengakar  di masyarakat demikian kuatnya. Sehingga nilai perempuan selalu berada di bawah dan ditentukan oleh kaum laki-laki. Seringkali superioritas dan heroisme laki-laki telah mendiskreditkan perempuan. Hingga bentuk kekerasan apapun seolah layak diterima dan dialami oleh perempuan.

Akibat dari tindak kekerasan (perkosaan dan pelecehan seksual) yang dialami oleh perempuan sangatlah berat. Secara fisik ia mengalami kerusakan organ tubuh, terutama pada jenis kelaminnya. Korbanpun mempunyai peluang untuk terkena penyakit menular seks. Ia juga dapat mengalami suatu kehamilan yang tidak dikehendakinya. Selain berakibat secara fisik, korban akan mengalami tekanan mental yang cukup serius dan berkepanjangan. Korban akan merasa telah direndahkan martabatnya. Ia akan mengalami tekanan batin (deppresi) dan trauma, serta penuh rasa takut. Ia akan cenderung menyalahkan diri dan menganggap dirinya kotor. Akhirnya ia akan menarik diri dari lingkungannya. Jika korbannya anak-anak, maka ia akan menjadi anak yang pemurung, tidak bersemangat, ketakutan, pendiam, mudah marah (sensitiv) atau sebaliknya ia akan menjadi hiperaktif.


Apa Upaya Kita?

Jika Anda atau teman Anda menjadi korban tindak kekerasan (perkosaan) maka sesungguhnya Anda atau teman Anda tidak bersalah, dan tidak pantas disalahkan.

Ada beberap asaran bagi para korban perkosaan. Pertama, pergi ke dokter untuk pemeriksaan. Jangan membersihkan diri terlebih dahulu. Biarkan dokter melakukan pengobatan, untuk mengantisipasi penyaklit menular. Lalu simpanlah semua barang bukti   untuk mengadili  pihak pelaku. Kemudian melaporkannya kepada yang berwajib.

Sementara jika ada di antara kita yang menjadi korban, kita perlu berupaya mengurangi derita korban, mengajak bicara dan meminta dia menceritakan apa yang telah dialami. Kemudian memberikan dukungan psikologis pada korban, bahwa ia tidak bersalah atas musibah yang dialaminya tersebut. Tidak kalah penting, menerima ia seperti apa adanya,  tidak mengucilkannya serta meyakinkan korban bahwa ia dalam posisi yang aman. Karena banyak sekali korban perkosaan yang tidak berani mengungkapkan pelaku karena ancamannya. Dan penuh ketakutan karena anggapan dirinya tidak akan diterima lagi di keluarga dan masyarakat.

Di sinilah peran keluarga sangat dominan. Sebab merekalah orang terdekat yang dipercayai oleh korban. Semua kejadian yang menimpa kaum perempuan dapatlah diminimalisir agar tidak terjadi. Jika kita mau menghargai dan menghormati sesama kita. Dan tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam perlakuan.  Juga dengan mengikis sedikit demi sedikit budaya patriarkhi, serta memberikan pemahaman kesetaraan gender. Lebih jauh adalah memberikan ruang gerak yang sama bagi korban kekerasan perempuan. Dan mempelakukannya sama seperti perempuan lain. Juga memberikan hukuman seberat-beratnya pada para pelaku tindak kekerasan terhadap perempuan. Karena Allah tidak pernah membedakan antara laki-laki dan perempuan.

Sebagaimana  pesan Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Turmudzi  “Ingatlah ! aku berpesan agar kalian berbuat baik terhadap perempuan karena mereka sering menjadi sasaran pelecehan di antara kalian, padahal  sedikit pun kalian tidak berhak memperlakukan mereka, kecuali untuk kebaikan.” (H.R. AT-TURMUDZI) Wallahu A’lam [Evy Wahyuningsih]

 


(Artikel ini dimuat dalam Warkah al-Basyar Vol. I ed. 12 – tanggal 27 September 2002) 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya