Selasa, 15 Oktober 2024

Mengelola Internet dan Radio untuk Kepentingan Rakyat

Baca Juga

Internet sebagai salah satu media informasi harus dikuasi oleh media komunitas baik dalam operasional teknisnya maupun pemanfaatan internet bagi penyebaran informasi. Tetapi persolaannya adalah akses masyarakat terhadap internet masih sangat terbatas. Radio komunitas sebagai salah media komunitas adalah salah satu media yang diharapkan bisa menjembatani keterbatasan itu. Keberadaannya yang dekat dan menyatu dengan masyarakat merupakan keunggulan media ini. 

Di sisi lain Radio Komunitas memiliki potensi untuk berhubungan dengan dunia luar melalui internet. Kejadian-kejadian lokal bisa diberitakan, sebaliknya komunitas bisa memperoleh berita-berita komunitas lain untuk diberitakan ditingkat lokal. 

Dalam rangka memperkuat jaringan antar media komunitas, maka CRI (Combine Resource Institution) Yogjakarta menyelenggarakan “Pelatihan Media Untuk Saluran Informasi Akar Rumput” bertempat di Wisma Balai Istirahat Karyawan (BIK) Jl. Naga No. 31 Kaliurang Jogjakarta. Pelatihan berlangsung selama 3 (tiga) hari, mulai Rabu- Jum’at Tanggal 7-9 Mei 2008 diikuti oleh para aktivitas jaringan radio komunitas baik dari  Yogjakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat. 

Menurut Ketut Sutawijaya, penyelenggara pelatihan dari CRI, pertukaran informasi sesungguhnya bisa melalui jaringan apa pun. Media komunitas yang saling berhubungan kuat dan memiliki saluran informasi merupakan salah satu bentuk semangat perlawanan terhadap dominasi informasi-informasi mainstrem yang dikuasi oleh kaum elit dan pemodal. “Kita dorong radio-radio komunitas agar bisa membangun jaringan informasi secara kuat dan mandiri sehingga mereka bisa mengaktifkan media informasi betul-betul bagi pemenuhan kebutuhan informasi rakyat bawah “ Tegas Ketut. 

Dalam pelatihan kali ini, banyak dilakukan bincang-bincang berbagi pengalaman dan informasi antar pelaku media komunitas. Komunitas Blogger Cah Andong (CA) asal Jogjakarta misalnya mereka bercerita soal aktivitas mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial. Komunitas Andong atau yang populer disebut Cah Andong (CA) merupakan sekumpulan bloger yang tinggal, berdomisili, pernah tinggal di Yogyakarta, atau yang memiliki hubungan dan kenangan tersendiri dengan Yogyakarta. Kegiatan CahAndong tidak jauh-jauh dari aktivitas para bloger, mulai dari kopi darat (kopdar) untuk menjalin silaturahmi, mencoba mengangkat sektor pariwisata Yogja sesuai dengan bahasa bloger, hingga melakukan aktivitas sosial dan pelatihan-pelatihan ngeblog. “Kita pernah menyumbangkan beberapa ekor kambing untuk dikelola di salah-satu komunitas terpencil, melakukan aksi bersih-bersih pantai, aksi donor darah, dan berbagai kegiatan sosial lain” tutur Lilik Jatmiko penggiat CahAndong. 

Lain lagi cerita apa yang dilakukan oleh Yossi Suparyo. Tinggal di Jogjakarta bukan berati ia harus melupakan daerah asalnya Cilacap. Di dunia maya, melalui Blog miliknya Yossi selalu menginformasikan persoalan-persoalan sosial yang terjadi di daerah Cilacap. Tidak dinyana, Blognya direspon baik oleh para TKW dan TKI asal Cilacap diluar negeri seperti di Hongkong. Diakui Yossi, walaupun rata-rata mereka berpendidikan rendah tetapi ketika disodori informasi seputar Cilacap, mereka sangat respek. “Reaksi para TKW dan TKI itu cukup Fulgar dan ekspresif dalam bahasa daerah dan logat Cilacap ungkapan khas golongan rakyat bawah, ya. seperti misuh-misuhlah. ” kata Yossi. 

Keberhasilan komunitas Blog Cilacap ini adalah ketika menyikapi masalah proyek Pemda Cilacap soal penyediaan perangkat IT di desa-desa. Program itu dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan nyata warga Cilacap. Anggaran yang besar untuk membiayai program itu dikritik akan lebih bermanfaat misalnya jika digunakan untuk pengembangan dan pemberdayaan para petani, kelompok terbesar di kabupaten Cilacap. “Kita bloww up secara terus-menerus penolakan terhadap program IT pedesaan baik melalui Blog, yang kemudian memicu gerakan-gerakan aksi demo oleh berbagai elemen masyarakat Cilacap” tutur Yossi. 

Pengalaman lain diungkapkan Mart Widarto (CRI) yang mengelola jaringan Radio Komunitas melalui internet seperti website APIK, JALIN, dan SIAR (JAS). Menurut Mart, kemudahan teknis berbagi informasi memalui internet yang tidak mengenal jarak dan waktu itu akan berguna bagi penambahan pengalaman masing-masing radio. Setiap radio bisa mengungkapkan pengalaman maupun menyerap pengalaman dari radio lain. Mulai dari masalah-masalah teknis sampai bertukar informasi seputar masalah-masalah sosial yang dihadapi komunitas masing-masing. Jaringan media rakyat, dimana pelakunya  adalah warga sendiri serta topik pembicaraan seputar masalah lokal mereka merupakan upaya mendorong agar masyarakat bukan cuma mengkonsumsi berita melainkan subyek informasi yang mampu mengelola informasi bagi dirinya sendiri. Dan media komunitas berperan menampung kepentingan-kepentingan masyarakat kecil. Kepentingan yang selama ini telah diabaikan oleh media-media mainstrem. 

Di sinilah pentingnya menurut Mart media komunitas berperan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan informasi masyarakat bawah (akar rumput). “Keberpihakan media komunitas adalah pada kepentingan kelompok-kelompok masyarakat kecil, bukan pada pemodal atau para elitis sebagaimana yang dipraktikan oleh media-media mainstrem selama ini. “ tegas Mart. (Ade D)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Kampung Sawah: Potret Keberagaman Terbalut Hangat dengan Nilai Persaudaraan

Oleh: Devi Farida Kampung sawah adalah daerah yang didiami oleh masyarakat yang heterogen. Berbanding terbalik dengan kampung pada umumnya, yang...

Populer

Artikel Lainnya