Obrok Buroq Tradisi Membangunkan Sahur di Cirebon

0
1902
Malam sudah larut. Namun, subuh belum tiba. Sekelompok pemuda tampak berjalan bergerombol sambil memainkan rebana. Bahkan, di tengah-tengah gerombolan ini tampak semacam ondel-ondel Betawi. Tapi, berbentuk binatang. Mereka ini bukan tengah tampil dalam pertunjukan. Mereka juga bukan tengah latihan. Tapi, gerombalan pemuda ini ternyata tengah melakukan tradisi membangunkan orang untuk sahur. Obrok Buroq, begitulah sebutan tradisi berkembang di kawasan Desa Pakijangan, Kecamatan Bulukamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Tradisi Obrok Buroq sebenarnya tak hanya diisi oleh permainan orkes rebana. Tapi, juga tari-tarian seperti tari Kuda Lumping. Para penari kuda lumping ini rata-rata berusia antara delapan hingga 12 tahun. Para penari juga harus bisa memainkan atraksi yang hampir mirip dengan barongsai, yakni tari Buroq.

Tari Buroqlah yang sebenarnya inti dari tradisi Obrok Buroq. Buroq adalah hewan tunggangan yang dipercaya sebagai kendaraan yang digunakan Nabi Muhammad SAW saat melaksanakan perjalanan Isra Miraj. Dari legenda tentang hewan Buroq inilah, kesenian Obrok Buroq dikembangkan di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulukumba.

Konon, seni Buroq muncul pertama kali pada sekitar 1934 dari para seniman Badawang yang kebetulan pembuat boneka-boneka besar di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Seni pembuatan boneka yang semula dimaksudkan sebagai salah satu sarana syiar Islam ini lambat laun menyebar ke daerah-daerah lainnya di sekitar Cirebon, seperti Losari, Brebes, Banjarharja, Kuningan, dan Indramayu.

Pemunculan boneka ini sendiri awalnya memang lebih ditujukan untuk memperingati Isra Miraj. Tapi lama-kelamaan, boneka ini juga kerap dimunculkan dalam keriaan-keriaan bernapaskan Islam, seperti acara khataman Alquran, khitanan dan membangunkan orang sahur seperti di Desa Pakijangan.

Suasana Ramadan di Desa Pakijangan, sebenarnya hampir tak ada bedanya dengan suasana bulan Puasa di wilayah-wilayah masyarakat muslim lainnya. Setelah berbuka, masyarakat memenuhi masjid untuk melaksanakan salat Tarawih. Yang membedakan adalah ketika dini hari tiba. Saat warga lainnya masih terlelap tidur, para pemuda dan seniman Buroq justru berkumpul di salah satu sudut desa bersiap-siap membangunkan warga lainnya agar melaksanakan sahur. Di Desa Pakijangan, tradisi ini sudah dilakukan para pemain orkes Buroq Bandarjaya pimpinan Wasjan sejak 20 tahun lampau.

Setelah semua siap, boneka Buroq yang menggambarkan kendaraan Rasulullah ini mulai dimainkan. Boneka berbentuk seperti kuda terbang berkepala bidadari berparas ayu ini, dimainkan dua orang penari laki-laki. Sementara puluhan warga lainnya meramaikan kegiatan Obrok Buroq ini. Dilengkapi kesenian tradisional gendang Cirebonan dan rebana, obor pun dinyalakan dan secara beriringan rombongan Obrok Burok ini mulai mengelilingi kampung.

Dalam arak-arakan ini, boneka Buroq diiringi boneka-boneka lainnya yang juga menyerupai hewan. Keragaman ini sekaligus menyimbolkan kemajemukan masyarakat yang meskipun berbeda-beda bisa rukun dan hidup bersama. Tradisi ini juga membuat suasana bulan Suci senantiasa terasa hangat di Desa Pakijangan. Ibadah wajib ini mereka jalankan dengan penuh kegembiraan sambil mempererat tali persaudaraan agar memperoleh rahmat dan ampunan.


Sumber: www.lintasberita.com