Sabtu, 27 Juli 2024

Pelita Gelar Jurnalisme Damai

Baca Juga

 

Fahmina.or.id, Majasem. Pemuda Lintas Iman (Pelita) Cirebon gelar pelatihan jurnalisme damai selama satu hari penuh di Joglo Damai kediaman KH. Marzuki Wahid, pada Minggu (31/5/2015). Kegiatan ini adalah upaya untuk memberikan wawasan kepada para pemuda yang tergabung dalam gerakan perdamaian, mengenai kepenulisan, semisal berita dan opini. Tujuan lain Jurnalisem Damai menyuarakan pewarta yang mengutamakan etika, konfirmasi dan rasa.

 

 “Kita harusbelajar mengutamakan etika dan rasa, karena jika seorang jurnalistik tidak mengedepankan etika, konfirmasi dan rasa. Jurnalisme yang tidak mengedepankan itu seperti berita yang menyebarkan fitnah atau berita kebohongan kepada masyarakat,” kata Redaktur Eksekutif II Fajar Cirebon, Abdul Rosyidi saat menyampaikan materi jurnalisme damai.

 

Rosyid menuturkan berita yang baik adalah berita yang unsurnya lengkap dengan 5 W (what, where, who, when, why) dan 1 H (How). Tulisan yang baik apabila seorang jurnalistis mempunyai pengetahuan dan pengalaman. Untuk melatih itu, seorang penulis harus banyak membaca buku dan melatih tulisannya.

 

“Berita yang enak dibaca masyarakat ialah membaca berita feature. Berita feature itu sebuah berita yang ditulis dengan cara bertutur, bernarasi dan bercerita, sehingga dibacanya itu ringan. Membuat tulisan ini tidak mesti dari kejadian yang baru terjadi dan tidak selalu aktual,” ungkapnya.

 

Rosyid menambahkan berita berbentuk feature biasanya mengandung sisi human interest (mementingkan nilai kemanusiaan). Human interest disini ditekankan untuk mengungkap sisi emosional bagi pembaca, baik itu bentuk berita maupun opini atau artikel.

 

“Mulai sekarang catat sesuatu yang penting yang dianggap itu sebuah berita. Untuk mencari berita, kita harus belajar dari sebuah pertanyaan mengenai masalah. Ketika realitas yang terjadi itu tidak sama dengan realitas yang seharusnya, itu adalah sebuah masalah dan boleh kita angkat menjadi berita maupun artikel,”imbuhnya.

 

Senada dengan itu, sastrawan muda dari Yogjakarta, Mawaidi D Mas mengatakan membuat tulisan itu tidak mesti memuat kata atau kalimat yang njlimet, sederhana saja, yang terpenting tulisan itu bisa dibaca masyarakat.

 

“Membuat suatu tulisan itu timbul dari pemahaman dan pengalaman yang kita miliki. Saya memberikan tips pada peserta, bagaimana menuliskan ide yang ada dalam pikiran kita, sehingga kedepannya kita semakin tergugah untuk menyukai menulis,”katanya. 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya