samahah bermakna saling menghargai, memberi ruang bagi kehidupan bersama tanpa memandang latar belakangnya
Pengajian Kamisan merupakan pengajian rutin yang diadakan oleh Yayasan Fahmina melalui Fahmina-Institute. Pengajian hari Kamis kali ini membahas kitab Samahatul Islam fi Muamalati Ghairil Muslimin yaitu toleransi Islam dalam relasinya dengan orang-orang non muslim, karya Syeikh Abdullah bin Ibrahim.
KH Husein Muhammad mengaku merasa prihatin dengan kehidupan beragama di masa sekarang ini. Banyaknya permusuhan, ujaran kebencian dan merenggangnya tali persaudaraan antar sesama muslim dan non muslim. Sehingga perlu mengaji kitab-kitab semacam ini untuk merekatkan kembali dengan ajaran dasar Islam.
“Saya merasa penting mengaji kitab seperti ini di tengah kehidupan yang saling bermusuhuan atas nama agama. Apakah benar agama Islam menganjurkan permusuhuan, menganjurkan memarahi orang lain hanya karena berbeda latar belakang hidupnya?,” ungkap Pendiri Fahmina itu.
Kitab ini mencoba menampilkan Islam seperti yang disiratkan dalam al Quran dan al Hadits. Juga menjelaskan ajaran Islam yang sesungguhnya sangat menghargai kemanusiaan.
Permusuhan atas nama agama tidak dibenarkan. Sebaliknya Islam mengajarkan untuk saling menghormati, bersaudara dan toleran terhadap yang berbeda.
Pengajian ini spesifik menjelesakan tentang makna toleransi dalam Islam, relasinya dengan non muslim. Meskipun begitu toleransi di kalangan muslim sendiri tak kalah penting untuk dilakukan. Karena kepada non muslim saja kita diajarkan toleran apalagi dengan sesama muslim.
“Samahah arti dasarnya mudah, membuat orang mudah, nyaman. Dengan bahasa lain tidak keras, tidak menyulitkan. Sedangkan menurut istilah samahah bermakna saling menghargai, memberi ruang bagi kehidupan bersama tanpa memandang latar belakangnya,” terang Pengasuh Pesantren Daruttauhid Arjawinangun itu.
Dalam al Quran sendiri telah menyebutkan bahwa Allah tidak menjadikan manusia di dalam beragama dengan kesulitan. Semua dapat dilakukan dengan mudah. Karena Allah menghendaki kemudahan.
Begitupun ayat ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi yang menyebut yassiru wala tu`assiru, permudahlah orang lain dan jangan mempersulitnya. Bassiru wala tunaffiru, Berikan kegembiraan terhadap mereka dan jangan membuat lari dari kita.
Karena Islam lahir untuk membebaskan dan memudahkan pengikutnya dari kebodohan dan penidasan yang diterima manusia selama ini. Yakni sebagai rahmat bagi sekalian alam.
“Agama-agama dlam hal ini Islam hadir pertama-tama untuk membebaskan manusia dari sistem penindasan dan perendahan manusia atas manusia lain. Karena manusia adalah makhluk Allah semuanya dan Allah menciptakannya secara berbeda-beda,” tegas Kiai peraih penghargaan Heroes To End Modrn-Day Slavery.
Diharapkan pengajian ini memberikan pengetahuan kepada muslim tentang ajaran Islam yang moderat.
Pengajian yang berdasarkan kitab yang dikarang oleh pemikir islam terkemuka bisa menjadi rujukan utama arus pemikiran islam di masa depan yang rahmatan lil alamin.
Pengajian Kamisan sudah berlangsung sejak tahun 2015 dan menghatamkan 3 kitab karangan ulama-ulama besar dibidangnya. Diantarnya Kitab Al Marah Baina Syariah wal haya Karya Syeikh Muhammad Habasy, Damaskus. Kitab Taliq wa Takhrij Syarah Uqudulujain, karya FK3 Puan Amal hayati, Jakarta. Dan Kitab Fannuttaamul An Nabawi ma`a Ghoiril Muslim, karya Syeikh dr. Ragib Assarjani, Mesir. (ZA)
Baca juga artikel terkait Pengajian Kamisan di sini.