Rabu, 18 Desember 2024

Vevi Alfi Maghfiroh: Perubahan Itu Ada, Dari Aksara Menuju Suara

Baca Juga

Oleh: Vevi Alfi Maghfiroh (Kader Ulama Perempuan Muda Jawa Barat)

Vevi Alfi Maghfiroh, begitulah orang tuaku memberi nama, terlahir sebagai perempuan di wilayah pesisir Indramayu. Tentu ini menjadi salah satu jalan hidup yang harus dihadapi setiap waktu.  Aku melanjutkan Pendidikan SMP hingga perguruan tinggi di pesantren, tepatnya 6 tahun di Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu dengan tipologi pesantren modern. Dan 6 tahun berikutnya menempuh Strata 1 di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng sekaligus menempuh S1 di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang Qism Fiqh wa Ushul Fiqh, juga diamanahi menjadi pembina santri Pondok Putri Pesantren Tebuireng sekaligus koordinator Qism At-Ta’lim yang bertanggungjawab atas program Pendidikan santri di pondok.

Usai 6 tahun menimba ilmu dan mengabdi di Pesantren Tebuireng, aku memutuskan untuk kembali ke kampung halaman, Indramayu. Ini menjadi titik balik kehidupan baruku untuk mengenal dan menggeluti kajian gender, Islam, dan pemberdayaan perempuan berbasis komunitas dan media.

Titik Awal Perubahan

Sebenarnya sejak mempelajari hukum Islam dibangku kuliah prodi Hukum Keluarga Islam dan prodi Fikih dan Ushul fikih, aku menemukan berbagai pertanyaan yang belum kudapati jawabannya, terutama terkait bahasan perempuan yang seakan-akan memiliki banyak batasan. Selang 6 bulan di rumah, aku mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan ‘Women Writer’ di Bandung, kerjasama antara Aman Indonesia dan Mubadalah.

Pelatihan ini menjadi titik awal mendapatkan pengetahuan baru terkait interpretasi pandangan dan penafsiran progresif bernama ‘Mubadalah’. Berawal dari pelatihan ini, akhirnya aku memulai menulis ragam persoalan terutama terkait kajian fikih dan isu perempuan di media online dengan menggunakan perspektif mubadalah.

Dari menulis inilah aku memulai proses internalisasi perspektif gender dan isu-isu perempuan dalam sebuah gerakan. Untuk mendapatkan banyak pengaruh pada orang-orang sekitar, di tahun 2020 saat menjadi koordinator Gerakan Women’s March Indramayu, aku membuat komunitas perempuan literasi yang bernama ‘Wadon Dermayu Menulis’ untuk mengumpulkan para perempuan Indramayu pegiat literasi agar bisa menyampaikan gagasan penulisan dalam perspektif pengetahuan dan pengalaman perempuan sebagai basis dalam memandang berbagai persoalan.

Hingga pada awal 2021, akhirnya aku berkesempatan bergabung menjadi salah satu tim di media Mubadalah.id, sebuah media keislaman yang membahas seputar isu hak perempuan, prinsip kesalingan, kebangsaan, gender, dan keberlanjutan lingkungan.

Dari Aksara Menuju Suara, Dari Hanya Tulisan Hingga Mengisi Kajian

Di tahun 2021, aku berkesempatan mengikuti Daurah Kader Ulama Perempuan (DKUP) Muda yang diinisiasi oleh Fahmina Institute. Tentu ini merupakan kesempatan baik untukku berproses lebih lanjut dalam menyampaikan gagasan pemikiran yang berkeadilan gender yang sudah aku mulai pelajari dan geluti sejak tahun 2019.

Mengikuti pelatihan DKUP Fahmina Institute bagiku merupakan titik lanjut untuk memperkokoh bangunan pondasi pengetahuan yang baru aku geluti ini. Bertemu dengan banyak peserta dari berbagai komunitas dan organisasi besar yang sama-sama bergerak di isu perempuan dan pemberdayaan, membuatku semakin optimis untuk istiqomah dalam jalan gerakan ini.

Sejak mengikuti pelatihan DKUP Fahmina Institute, aku seperti mendapatkan penguatan untuk berani menyampaikan berbagai pandangan yang awalnya hanya kutulis dalam untaian aksara dalam tulisan kemudian mulai bergerak menuju penyampaian lisan di beberapa forum kajian, baik online maupun offline.

Tentu ini tak lain dan tak bukan karena mendapatkan energi positif dari para alumni DKUP Fahmina Institute yang telah terlebih dahulu bergelut dalam aktivisme gerakan, pengetahuan, dan pemberdayaan perempuan. Ini menjadi motivasi tersendiri bagiku untuk terus berproses dan belajar mengembangkan potensi diri.

Terhitung sejak menjadi alumni DKUP Fahmina Institute, intensitasku dalam menyampaikan gagasan di publik lebih banyak. Baik mewakili Media Mubadalah.id tempat saya bekerja dan belajar, maupun sebagai individu yang bernama Vevi.

Misalnya pada tanggal 12 April 2021, aku berkesempatan untuk menjadi pemantik dalam kajian online Bersama Puan Menulis dengan judul “Ibu hamil dan menyusui tidak berpuasa di bulan Ramadhan, Qodho atau Fidyah? Ini jawabannya” melalui live Instagram @puanmenulis.

Pada tanggal 12 Juni 2021, akupun menginisiasi Kelas Intensif Menulis BMB untuk para penulis perempuan dan mengisi materi menulis artikel populer melaui media zoom meeting.

Pada tanggal 19 Juni 2021, aku diundang sebagai pembicara di Womens March Indramayu untuk membahas terkait ‘Kenalan Sama Menstruasi, Yuk!’ melalui live IG.

Di beberapa kesempatan, aku juga mulai tampil menjadi moderator di ragam pelaksanaan diskusi online, seperti Ngaji Kebangsaan Jaringan KUPI melalui zoom meeting (29 Juni 2021 dan 01 Juli 2021), Ngobras (Ngobrol Asik Bersama Penulis Mubadalah) pada 17 Juli 2021 dan 9 Agustus 2021, juga di Workshop Eco-Peace Indonesia pada 23 Oktober 2021.

Aku juga jadi lebih intensif membuat ruang-ruang obrolan di IG Live dan memantik diskusi dengan beragam narasumber jaringan KUPI, seperti pada tanggal 8 September 2021 aku mengundang aktivis muda Raudlatun, M.Pd (ketua LKK PCNU Sumenep) untuk membincang buku menyelami telaga kebahagiaan. Juga menginisiasi Santri Talk di Instargam Live @mubadalah.id dengan mengundang para santri aktivis baik PW IPPNU Jawa Timur dan lainnya.

Aku juga mulai berani hadir di forum-forum diskusi yang diselenggarakan oleh komunitas dan organisasi pergerakan, seperti di pertemuan alumni satu angkatan pesantren Tebuireng membahas “Perlindungan Anak dan Perempuan dari Kekerasan”, juga di Forum Diskusi Feminisme Senyum Puan Fakultas Hukum Universitas Mataram (27 November 2021), Hi Talk ‘Perempuan Pekerja Perspektif Mubadalah’ Bersama Hidayatuna TV, Perspektif Mubadalah dalam Penulisan Komunitas Puan Menulis (8 Januari 2022), Berkomunikasi lewat Tulisan di Speaking.Id (16 Maret 2022), menjadi penanggap di Webiner Perempuan ‘Praktek Syariat dan Tradisi yang Merugikan Perempuan’ Bersama Aliansi Keputrian Timur Tengah dan Afrika (AKTA) pada 31 Maret 2022, juga menjadi pemateri di Sekolah Islam dan Gender (SIG) Kopri PMII di Indramayu, dan kini (Ramadhan 2022) sedang mengisi Kajian Fikih Perempuan Bersama Pesantren Perempuan via Google Meet.

Bahkan aku pun mulai punya keberanian untuk melakukan pemberdayaan dan pendampingan kasus kekerasan berbasis gender melalui Yayasan Selendang Puang Dharma Ayu yang berdiri pada penghujung tahun 2021 silam.

Perubahan Itu Ada

Berproses Bersama jaringan DKUP Fahmina Institute, aku meyakini perubahan itu ada, baik dalam segi pengetahuan maupun kekuatan untuk terus berproses menjadi lebih bermanfaat bagi banyak orang.

Hinggi kini dan nanti, aku berharap untuk terus istiqomah berdakwah melalui tulisan, menyampaikan berbagai gagasan pendapat dengan perspektif isu-isu gender di berbagai media, menginisiasi pelatihan-pelatihan menulis baik yang dilakukan di Mubadah.id maupun di Komunitas Wadon Dermayu Menulis yang saya inisiasi.

Dan tentu semoga bisa menjadi bagian dari jaringan Fahmina Institute dalam program We Lead untuk mengkampanyekan berbagai hal melalui tulisan maupun konten media sosial hingga menjelang perhelatan KUPI 2 maupun selanjutnya.[]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Majjhima Patipada: Moderasi Beragama dalam Ajaran Budha

Oleh: Winarno  Indonesia merupakan Negara dengan berlatar suku, budaya, agama dan keyakinan yang beragam. Perbedaan tak bisa dielakan oleh kita,...

Populer

Artikel Lainnya