Sabtu, 27 Juli 2024

SD Holistik Awliya Fahmina Gelar Sosialisasi Kesehatan Reproduksi

Baca Juga

Cirebon, Fahmina.or.id. Pemahaman akan pubertas dan isu seksualitas masih sangat minim dan dianggap tabu untuk dibicarakan. Hal ini berujung timbulnya kasus-kasus baru kekerasan perempuan dan anak.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melaporkan, ada 797 anak yang menjadi korban kekerasan seksual sepanjang Januari 2022. Jumlah tersebut setara dengan 9,13 persen dari total anak korban kekerasan seksual pada tahun 2021 lalu yang mencapai 8.730.

Hal ini menjadi landasan Regha Rugaya untuk mengadakan Sosialisasi Kesehatan Reproduksi, Pubertas dan Pencegahan Kekerasan Seksual yang diselenggarakan di SD Holistik Awliya Fahmina pada Senin-Selasa, 13-14 Juni 2022.

Menurut Regha anak usia dini hari ini lebih cepat pertumbuhan pubertasnya di usia SD kelas 4 dan 5 bagi perempuan sudah menstruasi. Proses tumbuh kembang ini harus dibekali pengetahuan seputar kesehatan reproduksi sejak dini. Karena akan memicu pertanyaan-pertanyaan yang tak sedikit membuat mereka penasaran terhadap perubahan tubuhnya. 

“Kami libatkan anak-anak kelas 4, 5 dan 6 karena mereka sudah bisa berfikir abstrak dan formal. Kita pandu apa yang harus mereka lakukan untuk kesehatan reproduksinya termasuk pubertas dan pencegahan kekerasaan seksual yang marak saat ini,” ungkap Kepala Sekolah SD Awliya Montessori Fahmina itu.

Sementara itu Alifatul Arifiati, pemateri acara ini menyatakan pembekalan materi seputar kesehatan reproduksi kepada anak-anak memiliki tantangan tersendiri. Ia harus memahami karakter anak zaman sekarang karena informasi seperti ini berseliweran di media sosial. Selain itu juga menggunakan bahasa populer dan dapat menjelaskan secara tepat.

“Kita harus siap dengan pertanyaan sekaligus pernyataan tak terduga dari anak-anak. Kita harus menguasai bahasa mereka,” kata Alif yang juga staf Fahmina Institute.

Alif menilai pembekalan terkait kesehatan reproduksi ini penting dilakukan agar anak-nak dapat mengenal dan memahami tubuhnya sendiri dan dapat merawatnya. Tak kalah penting memberikan edukasi mengenai pencegahan kekerasan seksual.

 

Pemateri lain Ida Ad’hiah mengatakan pelecehan seksual yang diterima anak-anak sebaya juga sering terjadi. Akses konten asusila juga semakin mudah, pihak sekolah dan orang tua harus bisa mencegah ini dengan pendidikan dan pengetahuan seksual yang tepat. 

“Kebanyakan orang tua memandang pendidikan sex mengajarkan anak untuk berhubungan intim padahal tidak. Pendidikan sex memberitahukan kepada anak mengetahui tubuh mereka sendiri, menjaga tubuh mereka sendiri agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kekerasan seksual maupun akses konten negatif,” kata Ida.

Sosialisasi kesehatan reproduksi, pubertas dan pencegahan kekerasan seksual ini berlangsung berkat kerjasama SD Awliya Holistik Fahmina dan Fahmina Institute. Kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin.

“Setiap jenjang sebetulnya harus memiliki pengetahuan ini terutama janjang kelas 4-6 yang akan memasuki usia pubertas di SMP, agar mereka lebih siap dapat menghargai tubuhnya sendiri dan orang lain termasuk cara mencegah kekerasan seksual,” pungkasnya. (ZA)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya