Sabtu, 27 Juli 2024

Semangat Terus Sosialisasikan Kesehatan Reproduksi

Baca Juga

Foto Bersama Teman-teman Baitul Hikmah dengan PKBIStudy Banding Ke LKiS dan PKBI Jogja; Kelompok Diskusi Baitul Hikmah Fahmina pada tanggal 11 Juli 2009 melakukan studi banding’ ke LKiS (Lembaga Kajian Islam dan Sosial) dan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Yogjakarta. Studi banding yang diikuti 12 orang ini bertujuan untuk menggali informasi dan sharing pengalaman yang pernah dilakukan LKiS dan PKBI, lebih fokus pada pengkaderan kelompok remaja dan program kesehatan reproduksi yang pernah mereka lakukan. Mamay Project Officer Baitul Hikmah mengatakan, setelah melakukan kegiatan ini diharapkan memberikan semangat Baitul Hikmah dalam melakukan diskusi, kajian, pelatihan dan juga belajar menulis bertambah. Selain Mamay acara ini juga di temani Vera Shofarianti dari Fahmina Institute. semua rombongan Baitul Hikmah terlihat sangat serius dan semangat mengikuti acara ini. Seperti ungkapan Dede, salah satu peserta “wah, ahirnya kita bisa ke Jogja dan melihat kegiatan belajar mereka yang membuat kita tambah semangat, terlebih sekalipun mereka masih SMA tapi tulisannya sudah pada bagus.

Pengalaman Pendampingan LKiS

LKiS adalah salah satu lembaga yang memiliki pengalaman pendampingan pada kelompok remaja dan kesehatan reproduksi pada komunitas pesantren. Pengalaman yang dilakukan LKiS dalam melakukan pendampingan terhadap remaja dan komunitas sangat menarik sebagai sebuah pengalaman dan pelajaran bagi Baitul Hikmah. Dalam pertemuan ini dari LKiS diwakili Mar’atul Ulya dan Hanifah.

Mar’atul Ulya yang biasa dipanggil Mba Ulya mengawali sharing dengan menceritakan pengalaman pertamakali LKiS melakukan kegiatan kesehatan reproduksi pada kelompok remaja, dan ibu-ibu yang sering mengalami persoalan reproduksinya. Beberapa persoalan yang sering muncul adalah kehamilan yang tidak diinginkankan, keputihan, kehamilan anggur, reproduksinya lecet, IMS (infeksi menular seksual) dan lain-lain. Kesehatan reproduksi menjadi sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat karena kalau penyakit-penyakit itu dibiarkan bisa menjadi penyakit yang sangat fatal dan akhirnya meninggal dunia, ujar Ulya yang didampingi Hanifah.

Dalam melakukan sosialisasi ini, tidak saja mulus begitu saja, akan tetapi ada banyak tantangan yang dihadapinya. Tantangan yang paling besar adalah datang dari para laki-laki atau suami yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh para istrinya. Misalnya dalam masalah sunat perempuan, ketika mereka di training tentang dampak dari sunat perempuan mereka menerimanya, akan tetapi masih ada beberapa ketika dihadapkan pada isu itu mereka ikut melaksanakannya. Tantangan juga datang dari masyarakat secara umum, mereka melihat bahwa apa yang dilakukan LKiS adalah menggantikan peran dinas-dinas atau instansi lainnya. Karena itu, LKiS selalu melibatkan dinas-dinas lainnya seperti PUSKESMAS untuk ikut mengisi dari perspektif medisnya.

Dalam masalah materi Hanifah menjelaskan bahwa terkadang materi yang sudah dijadwalkan berubah total.Jadi kami mengikuti keinginan dari peserta, artinya mengalir, apa yang menjadi kebutuhan para peserta itu yang akan dipelajari.

Di LKiS, selain membicarakan masalah program kesehatan reproduksi, juga membahas tentang komunitas CORET. CORET merupakan kelompok remaja binaannya LKiS yang secara khusus mereka belajar menulis dan menganalisa berbagai masalah yang ada. Kelompok ini meskipun mereka masih relative muda/remaja, tetapi mereka sudah mandiri. Misalnya saja dalam hal bulletin, LKiS memberikan kepercayaan penuh terhadap mereka dari mulai pengambilan tema, analisa, sampai pada hasil akhirnya dan temen-temen LKiS hanya mendampingi saja, tutur Mba Hanifah diakhir diskusinya.

PKBI: Program Berbasis Advokasi

Meski dalam keadaan lelah rombongan Baitul Hikmah terlihat semangat dan serius berdiskusi di di PKBI Yogjakarta. Diskusi dimulai jam 14.30, diawali perkenalan. Pertemuan di PKBI cukup semarak karena diikuti 28 orang, 12 dari BaitulHikmah dan 16 dari PKBI.

Maesuri Zaki yang biasa dipanggil Mas Zaki selaku manager program Youth Center PKBI DIY menyampaikan tentang PKBI DIY yang mendorong terbentuknya beberapa CBO (organisasi yang berbasis komunitas) yang menjadi sasaran strategisnya. Ada beberapa komunitas yang menjadi dampingan PKBI yaitu komunitas Remaja Jalanan, Pekerja Seks, Waria, dan Komunitas Gay. CBO bergerak untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang masih dipandang sebelah mata dan memperjuangkan keberadaannya yang selama ini tidak diakui oleh masyarakat.

Selama ini program yang dilakukan oleh PKBI bentuknya pengembangan dan latihan,yang dibagi dalam empat program yaitu, sistem pelayanan, klinik, konseling remaja, dan desain program. Secara managerial program kerja yang dilakukan oleh PKBI melalui riset. Misalnya, fokus pertama penanggulangan HIV Aids yang berkaitan dengan kespro. Hasil penelitian menunjukan bahwa, perubahan yang selama dirasakan oleh beberapa komunitas adalah adanya kesadaran untuk memakai kondom agar mencegah terjadinya HIV/AIDS.

Isu yang diangkat PKBI adalah isu-isu yang sangat kompleks dan mereka terjun langsung kelapangan untuk melakukan penyadaran atau advokasi pada kelompok waria, PSK, dan gay. Cara yang mereka lakukan adalah pertemanan dan turun ke lapangan. Strategi advokasin PKBI dalam melakukan kerja-kerjanya sama sekali tidak mengaitkan isu agama. Kerja-kerja yang mereka lakukan relatif mudah diterima oleh masyarakat dan hanya sedikit resistensi. “Masyarakt mudah menerima karena PKBI tidak memasuki wilayah agama yang seringkali sensitif pada isu-isu yang dikembangkan”, ungkap Zaki di akhir pertemuan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya