Sabtu, 27 Juli 2024

Tradisi Nadran, Potensi Wisata Pesisir

Baca Juga

Masyarakat pesisir (nelayan) Kota Cirebon, beberapa hari ini, tampaknya bersukacita. Semuanya larut dalam kegembiraan rangkaian Festival Pesisiran 2007 yang diselenggarakan dari 28 Juli hingga 6 Agustus 2007. Walaupun nadran sebagai inti rangkaian Festival Pesisiran telah berlalu, yakni 28 Juli, yang dijadikan sebagai pertanda dimulainya festival nelayan tersebut, masyarakat masih tetap antusias mengikuti rangkaian kegiatan selanjutnya.

Beberapa kegiatan lain dalam Festival Pesisiran itu, antara lain pertunjukan seni tradisional yang digelar setiap malam. Selain itu, ada berbagai aneka lomba, bazar, pameran produk olahan hasil laut, dan cendera mata khas pesisir.

Nadran sebenarnya merupakan suatu tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran sendiri, menurut sebagian nelayan Cirebon, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam: pemenuhan janji. Adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut, dan merupakan ritual tolak bala (keselamatan).

Sesajen yang diberikan, oleh masyarakat, disebut ancak, yang berupa anjungan berbentuk replika perahu yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan khas, dan lain sebagainya. Sebelum dilepaskan ke laut, ancak diarak terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional, seperti tarling, genjring, bouroq,barongsai, telik sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer (drumband).

Nadran atau labuh saji dapat juga diartikan sebagai sebuah upacara pesta laut masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan-Nya lewat hasil laut yang selama ini didapat. Selain itu, dalam upacara nadran juga dilakukan permohonan agar diberi keselamatan dalam melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang.

Upacara nadran dilakukan masyarakat nelayan Kota Cirebon setiap satu tahun sekali yang waktunya jatuh antara bulan Juli sampai Agustus. Pelaksanaan nadran di Kota Cirebon tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini kegiatan nadran disatukan dari beberapa perkampungan nelayan yang ada di Kota Cirebon, yakni Pesisir, Kesenden (Samadikun), dan Cangkol. Nadran kali ini juga cukup menyedot perhatian pemerintah daerah setempat.

Pasalnya, Pemerintah Kota Cirebon sendiri bermaksud menjadikan tradisi nadran sebagai jargon pariwisata. Dengan harapan dapat menjadi magnet atau daya tarik pengembangan pariwisata di kota udang ini, yang kini jauh tertinggal dengan daerah hinterland-nya, seperti Kabupaten Kuningan, atau bahkan Kabupaten Cirebon sendiri.

Berbagai kelemahan

Pemerintah Kota Cirebon bersama perguruan tinggi kepariwisataan pernah juga menyelenggarakan lokakarya pengembangan kawasan wisata pesisir dalam rangka kegiatan promosi wisata bidang budaya daya beli PPK-IPM Kota Cirebon, 9-10 Juli 2007.

Dalam lokakarya itu mengemuka beberapa kelemahan yang dihadapi untuk mengembangkan pesisir sebagai kawasan wisata, di antaranya adalah belum adanya rencana induk pengembangan pariwisata daerah dan masih lemahnya dukungan para investor atau dunia usaha.

Banyak ragam wisata yang dapat ditawarkan oleh kawasan pesisir, mulai dari wisata alam bahari, budaya, sampai pada wisata kuliner khas pesisir. Apabila dikelola dengan baik, wisata alam pesisir merupakan wisata alam eksotik yang banyak digemari turis domestik dan mancanegara. Wisata budaya merupakan komunitas kehidupan masyarakat pesisir yang menyimpan keunikan tersendiri, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Demikian juga dengan wisata kuliner kawasan pesisir yang kaya cita rasa, yang semuanya berasal dari olahan hasil laut.

Nadran atau pesta laut tidak hanya menjadi milik masyarakat nelayan di Kota Cirebon. Hampir seluruh masyarakat pesisir juga memiliki tradisi pesta laut dengan berbagai kekhasan sendiri. Pesta laut telah menjadi identitas budaya masyarakat pesisir di seluruh Jawa Barat, bahkan di seluruh Nusantara. Beberapa daerah di Jawa Barat yang masih memelihara tradisi pesta laut selain Cirebon adalah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi (Palabuhanratu), dan Kabupaten Ciamis (Pangandaran), yang pada umumnya menggelar upacara pesta laut/sedekah laut pada bulan Sura/Muharam.

Tentunya masing-masing pemerintah daerah setempat dapat berupaya agar tradisi nadran/pesta laut dapat mengangkat kawasan pesisir menjadi alternatif daerah tujuan wisata (tourism destination country) bagi para pelancong.

Meningkatkan ekonomi pesisir

Setiap daerah tentunya sadar bahwa menggairahkan potensi wisata pesisir akan berdampak pada peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir. Saat ini tingkat ekonomi masyarakat pesisir pada umumnya masih rendah. Namun, masyarakat pada umumnya enggan beralih ke profesi lain karena mereka menganggap profesi nelayan sebagai amanat yang dititipkan secara turun-temurun dari pendahulu mereka.

Menjadi tugas pemerintah daerah untuk mengoptimalkan pemanfaatan pesisir untuk kepentingan pariwisata dan wahana/tempat pemasaran produk olahan hasil laut, serta arahan pengembangan pesisir menjadi kawasan wisata yang jelas, seperti menjadikan nadran sebagai event pariwisata.

Di samping bertujuan meningkatkan gairah pariwisata daerah, kegiatan pesta laut atau nadran memiliki beberapa makna yang dapat kita ambil hikmahnya, di antaranya pertama, ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan pemberi rezeki.

Kedua, memupuk rasa persaudaraan (paguyuban), gotong royong, dan solidaritas sosial yang tinggi di antara warga pesisir (nelayan) dalam bermasyarakat. Ketiga, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang berakar dari bangsa sendiri yang kini mulai terkikis zaman.


Sumber: www.kompas.com.
Penulis: INDRA YUSUF Penikmat Budaya, Tinggal di Kota Cirebon

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya