Sabtu, 27 Juli 2024

Korupsi Bukan Perilaku Dasar Manusia

Baca Juga

Pada 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai dasar filosofis atau sebagai pandangan hidup bagi Indonesia Merdeka. Pandangan Bung Karno ini mendapatkan dukungan dari para tokoh yang memiliki beragam latar belakang sosial politik dan kegamaan. Karena itu, tidak berlebihan jika Pancasila dapat disepakati sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak zaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin,Orde Baru hingga era reformasi saat ini. Di setiap zaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah.Meskipun Pancasila mengalami pasang surut tetapi maknanya memiliki bobot makna yang luar biasa sebagai Negara maju. Pancasila juga sebagai karakter manusianya yang memiliki persamaan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kedaulatan rakyat dan juga keadilan sosial.

Semangat isi teks pancasila itu sendiri merujuk pada tingkah pola prilaku bangsanya agar mencintai Negaranya dan juga manusiakan manusia itu sendiri, dalam tingkat ini mengandung Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa – bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif – universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara.

Memegang kepancasilaan untuk mengetahui Petunjuk pegangan hidup, pedoman hidup, pandangan dunia atau petunjuk hidup. Walaupun ada banyak istilah mengenai pengertian pandangan hidup tetapi pada dasarnya memiliki makna yang sama. Lebih lanjut Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dipergunakan sebagai petunjuk dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Indonesia baik dari segi sikap maupun prilaku haruslah selalu dijiwai oleh nilai – nilai luhur pancasila.

Perkembangan jati diri bangsa ini menopang banyak sekali dasar negar yang mengoptimalkan pada rakyatnya, nilai-nilai pancasila yang seharusnya dijadikan arahan dan landasan hidup, telah luntur ditelan perkembangan zaman diera globalisasi ini. Bangsa indonesia dirasa kurang menhayati serta menerapkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila dan sangat kurang penerapan yang menjadi dasar prilaku dalam kehidupannya.

Pancasila tidak pernah mengajarkan generasi mudanya untuk melakukan asusila kehormatan negara dengan melakukan korupsi, banyaknya kasus korupsi menyebabkan bangsa ini semakin terpuruk kejurang krisis moral, dimana kecerdasan dipake untuk membodohi rakyatnya sendiri.

Kasus korupsi ini sering dimotifkan melalui kekuasaan, kekayaan dan wanita, ketiga rangkaian itu sering sekali menjadi bahan acuhan manusia untuk melakukan korupsi.

Bagai mana generasi sekarang ini tidak ada rasa kepancasilaan dalam hatinya yang ada hanya untuk kepentingan pribadinya saja, bagai mana kaum pemimpin memperkaya kantong sakunya dan juga rakyat trutama pemudanya seakan-akan masa bodosaja yang diperlihatkan oleh para pemimpin dalam kasus korupsinya, Yang ada malah sibuk dengan geng motornya. Lalu apa kita hanya berdiam diri melihat Negara kita bercerai berai dengan peperangan antar saudara seiman maupun antar agama.

Bangsa sekarang seakan berjungkir 180 derajat diawal kemerdekaan kita yang mana selalu menjunjung nilai-nilai kepancasilaan, apakah ada yang salah pada tatanan pendidikan kita.? Atau kah ada yang salah cara berpikir kita? Lalu kihidupan yang seperti apa yang manusia cari? Kekayaan negara ini hanya candu pemimpin semata, semakin sering memakannya semakin ketagihan menguras kekayaannya.

Pola sekarang, pola yang dibesarkan oleh pasar global, setiap informasi masuk dengan bebasnya dan itu menjadi gaya hidup yang menjadikan lemahnya anak muda sekarang untuk berfikir kesadaran nilai-nilai kepancasilaan.

Seperti diketahui Bangsa indonesia seperti kehilangan jati dirinya, pola hidupnya pun dipandang sudah tidak sesuai dengan nilai luhur pancasila. Mereka cenderung bergaya hidup bebas, memperhatikan konsep dasar hidupnya sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup maupun perilakunya.

Jika disoroti kearah yang lebih spesifik, yang lebih disayangkan adalah para generasi muda, karena seabagi penerus bangsa , seakan-akan mereka lupa akan tanggung jawabnya. Mereka lupa akan jati dirinya. Padahal ada kata mutiara “sesungguhnya ditangan para pemudalah hidup dan mati bangsa ini”. Terus bagaimanakah nasib bangsa indonesia kelak, apakah kita akan berdiam diri begitu saja membiarkan bangsa ini hancur pelan-pelan digerus oleh perkembangan zaman.

Sebenarnya para generasi mudapun tidak dapat dipersalahkan begitu saja. Jika kita berfikir kearah yang lebih dewasa lagi, sebenarnya elemen bangsa, memiliki peran-peran sendiri yang harus berjalan secara beriringan dan bersama-sama. Ir Soekarno president pertama kita pernah mengatakan “berikan saya sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”. Ini menunjukan betapa pentingnya pemuda dalam suatu Negara menjadikan tulang punggung bangsanya.

Bila kita mengambil contoh dari hilangnya jati diri generasi muda, apakah itu salah mereka semata, tentu itu tidak. Faktor lain pun patut dipertanyakan, seperti apakah para generasi tua telah memberi contoh yang benar, sudah menanamkan nilai pancasila pada mereka, tentu itu menjadi problematika besar bagi bangsa ini.

Seperti dewasa ini kita juga sering mendengar kasus korupsi terjadi dimana-mana, politik hukum pun bisa seenaknya dipermainkan dan diperjual belikan. Dan siapa pelakunya, tentu itu bukan para generasi muda. Hal itulah yang menjadi problem seakan-akan mereka telah menanamkan nilai-nilai yang salah yang sangat bertentangan dengan nilai luhur pancasila.

Setiap pemimpin Negara pertama yang memerdekakan negaranya menginginkan masyarakat yang didalamnya hidup dengan sejahtera, pemimpin mampu mengayomi masyarakatnya, mencerdaskan para pemuda dan rakyatnya. Mampu melindungi dan menjaga kehormatan negaranya dari sikap korupsi. Lalu siapa kah yang wajib dipersalahkan apa kita rakyat kecil yang tak tahu menau atau pemimpin kita yang cerdas diatas rata-rata yang kapan saja bisa membungkam kasus yang melilit pejabatnya.

*Nasihin Mahasiswa ISIF (Institute Studi Islam Fahmina) Cirebon Fakultas Ushuludin Program Studi Filsafat Agama

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya