Sabtu, 27 Juli 2024

Wisata Religi di Masjid Keramat Megu

Baca Juga

CIREBON – Setiap Lebaran Idul Fitri tiba, objek wisata tradisi di Masjid Kramat Megugede menjadi sasaran keluarga bersama anak-anak untuk melepas kebahagiaan setelah selesai melaksanaan puasa Ramadan. Masyarakat dari wilayah Plered, Weru, Plumbon, dan sekitarnya tumpah ruah.

Area yang terletak di Jalan Fatahillah itu, tepi kanan dan kirinya berjejer pedagang yang didominasi menjual tahu petis dan martabak hingga sepanjang ratusan meter. Sebagaimana biasanya, pada hari pertama Idul Fitri itu mereka mendapat berkah Lebaran, karena dagangannya laris manis.

Seperti yang dialami Ny Karmi, pedagang martabak itu mengaku dalam seharian Idul Fitri, untuk membuat martabak menghabiskan terigu sebanyak satu karung ukuran 25 kg dengan harga Rp170 ribu. Selama Ramadan memang dirinya sudah mangkal di tepi jalan tersebut, namun dalam sehari-hari hanya menghabiskan 3 kg terigu.

Permintaan akan martabak memang sangat meningkat hanya dalam satu hari itu saja. Diakuinya, meskipun menghabiskan terigu sebanyak satu karung, namun tahun ini keuntungannya tidak begitu banyak.  

Hal senada diungkapkan pegadang martabak lainnya Kadmiro. Tahun lalu dan sebelumnya saat marema Lebaran Idul Fitri biasanya menghabiskan terigu antara 2-3 karung atau 50-75 kg terigu. Ia tidak habis pikir, tahun lalu di Meguan yang tidak ada arena bermain penjualan martabaknya bisa lebih banyak dari tahun ini yang ada arena bermainnya. Hari kedua Lebaran juga pembuatan martabaknya turun drastis, hanya 4-5 kg. “Sejak pemerintahan sekarang ini dagangnya sulit. Saya hanya bisa bertahan untuk penghasilan sehari-hari saja. Terigu sekarung juga itu ngutang dulu ke toko dan dapatnya pas-pasan untuk bayar. Kalau dulu, habis 2 atau 3 karung, bisa ada lebihnya,” ucap warga Desa Cangkring itu.

Sementara itu, pedagang tahu petis, Adi mengaku, hari pertama Lebaran, menghabiskan tahu hingga berpuluh kali lipat dari hari biasanya. Selama sehari itu tahu yang terjual bisa mencapai 30 papan, sedangkan hari biasanya hanya 2 papan atau berisi sekitar 200-240 biji tahu. Dengan dua gerobak yang berpencar, menghabiskan tahu sebanyak 65 papan.
Tentunya, kata dia, omzet yang diperoleh mencapai jutaan rupiah. “Ramainya hanya sehari. Hari kedua Lebaran kembali berkurang dan hari ketiga penjualannya biasa lagi,” kata pria asli Megu itu. (san)          


Sumber: Radar Cirebon Online, edisi 05 Oktober 2008

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Pernyataan Sikap Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) Atas Kejahatan Kemanusiaan Israel di Palestina

Bismillahirrahmaanirrahiim Menyikapi tindakan-tindakan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Zionis Isreal terhadap warga Palestina, yang terus bertubi-tubi dan tiada henti,...

Populer

Artikel Lainnya