Kamis, 5 Desember 2024

Khutbah Idul Fitri 1429 H/2008 M

Baca Juga

الله اكبر 3 الله اكبر  3  الله اكبر3 الله اكبر الله اكبر ولله الحمد. الله اكبر ماتعالت اصوات الناس بالتكبير الله اكبر ماتفتحت ابواب السماء فى هذاالصباح الكبير الله اكبر ما تنزلت علينا رحمة الاله العلي القدير الله اكبر ماتقاربت قلوب المسلمين فى هذااليوم العظيم الله اكبر ما تعاونت الجهود وصدقت العهود وتعاطفت القلوب. الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا . واشهد ان لا اله الاالله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله وصلى الله وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه  والتابعين. اما بعد : فيا عباد الله اتقواالله وافعلواالخيرات واجتنبوا عن السيئات. يا ايها الذين امنوا اتقواالله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون. يا ايها الذين امنوااتقواالله وقولوا قولا سديدا يصلح لكم اعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما.

Allah Akbar x 3 wa Lillah al Hamd

Hadirin Jama’ah Idul Fitri Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Besar. Tuhan yang telah mengantarkan kita sampai pada hari yang agung ini dalam keadaan sehat wal afiat dan tetap berada dalam keimanan dan keislaman kita. Puji syukur juga karena Allah telah memberikan ni’mat-Nya yang tak terhingga kepada kita. Salawat dan Salam senantiasa kita haturkan ke Nabi besar, Nabi yang membawa rahmat bagi alam semesta; Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir.

Bulan ramadan yang mulia dan penuh rahmat itu kini telah berakhir. Gemuruh dan pesona syiar agama sepanjang bulan, berangsur-angsur surut. Takbir, Tahmid dan Tasbih sudah dikumandangkan kaum muslimin seluruh dunia sejak kemarin malam. Kinilah tiba saatnya bagi kita masing-masing untuk merenungi hari-hari indah yang pergi itu.  Puasa sebulan telah memberikan pengalaman keberagamaan kita yang sangat berharga bagi bekal hidup kita masing-masing. Seluruhnya indah sekaligus bermanfaat untuk kehidupan kita di hari-hari yang akan datang.

Allah Akbar x3 walillahilhamd

Hadirin Rahimakumullah

Sekarang mari kita lihat kehidupan kita di sini di Indonesia. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Di negara ini terdapat ratusan ribu masjid dan jutaan mushalla (tempat shalat/masjid kecil) yang bertebaran di desa-desa bahkan di tempat-tempat pendidikan, di kantor-kantor pemerintahan bahkan juga di pusat-pusat perbelanjaan dan di terminal-terminal. Pada setiap bulan Ramadan tempat-tempat ibadah tersebut ramai, penuh sesak oleh kaum muslimin dan muslimat untuk mengikuti salat tarawih. Sebagian mereka mengadakan “tadarrus” membaca al Qur-an, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dan pada sepuluh malam yang terakhir ramadhan mereka beri’tikaf dan qiyam al lail. Puluhan ribu pesantren menyelenggarakan pengajian kitab kuning. Pada penghujung ramadhan mereka berbondong-bondong dan serentak membayar kewajiban zakatnya. Pada musim haji, setiap tahun  jumlah kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji lebih dari dua ratus ribu orang dan selalu menempati posisi terbesar di dunia bahkan sampai melebihi quota yang ditetapkan.

Fenomena ritualistic dan keberagamaan di atas memberikan kesan umum bahwa masyarakat muslim di Indonesia adalah masyarakat yang taat beragama sekaligus masyarakat dengan individu-individu yang saleh dan bertaqwa. Maka tidaklah mengherankan jika dunia melihat Indonesia sebagai negara muslim terbesar dan paling religius di dunia. Ini sungguh merupakan fenomena yang menyejukkan hati sekaligus membanggakan. Pada sisi ini tentu saja kita bersyukur.

Secara normative keadaan ini seharusnya melahirkan realitas-realitas social yang saleh dan bertaqwa pula. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa kesalehan dan ketaqwaan sosial tersebut belum mewujud di bumi ini. Apa yang terjadi dalam kenyataan bangsa  Indonesia sampai hari ini justeru masih sangat memprihatinkan. Praktek hidup dan berkehidupan masyarakat masih memperlihatkan kondisi yang berlawanan dengan norma-norma agama. Indonesia adalah bangsa dengan kemiskinan yang masih besar dan pengangguran yang masih tinggi. Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah di banding negara-negara lain, termasuk di Asia Tenggara. Realitas social negara ini juga masih menunjukkan kondisi moralitas yang hancur. Kekerasan social atas nama agama sering terjadi, pelecehan seksual dan kekerasan terhadap perempuan terus meningkat, ibu-ibu yang meninggal akibat melahirkan masih tinggi, bentrokan antar kelompok masyarakat dan antara kelompok yang sama-sama muslim masih sering terjadi, penggunaan zat adiktif seperti narkoba masih terus berlangsung. Indonesia juga termasuk negara dengan tingkat korupsi yang tinggi dan sejumlah pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia masih terus terjadi. Semuanya masih berlangsung di negeri beragama ini.

Kesimpulan yang mudah kita terima adalah bahwa fenomena religiusitas dan keberagamaan yang tinggi tersebut di atas belum menunjukkan korelasi positif dengan kenyataan sosial dan kemanusiaan. Dengan kata lain Ibadah-ibadah individual seperti shalat, puasa, zakat, haji, membaca al Qur-an, berzikir, qiyamullail, istighatsah dan sejenisnya yang bergemuruh dan membanggakan itu ternyata tidak atau belum mampu merefleksikan dan memberikan dampak yang positif bagi kesalehan sosial dalam kehidupan masyarakat muslim di negeri ini. Lalu, adakah yang salah dalam pemahaman kita terhadap makna ibadah dan keberagamaan kita?

Allah Akbar x 3 walillahilhamd

Hadirin yang berbahagia, rahimakumullah

Sebagaimana kita yakini bersama bahwa agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad sejatinya dihadirkan untuk manusia dan dalam rangka kemanusiaan. Dengan kata lain yang lebih tegas, agama diturunkan Allah untuk manusia, bukan untuk Allah. Karena manusialah makhluk Allah yang dimuliakan-Nya dan karena Allah tidak membutuhkan apa-apa dan dari siapa-siapa. Allah Maha Mulia, Maha Agung dan Maha Kaya. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan :

يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم كانوا على أتقى قلب رجل واحد منكم ما زاد ذلك في ملكي شيئا : يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم كانوا على أفجر قلب رجل واحد منكم ما نقص ذلك من ملكي شيئا : يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم قاموا في صعيد واحد فسألوني فأعطيت كل واحد مسألته ما نقص ذلك مما عندي إلا كما ينقص المخيط إذا أدخل البحر يا عبادي إنما هي أعمالكم أحصيها لكم ثم أوفيكم إياها فمن وجد خيرا فليحمد الله ومن وجد غير ذلك فلا يلومن إلا نفسه ] رواه مسلم

“Hamba-hamba-Ku, andaikata seluruh manusia dan jin bertaqwa kepada Allah, niscaya tidak akan menambah kekuasaan-Ku sama sekali. Hamba-hamba-Ku, andaikata seluruh manusia dan jin mendurhakai Aku, niscaya tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku  sedikitpun. Hamba-hamba-Ku, andaikata seluruh manusia dan jin berdiri dan masing-masing berdoa meminta apa saja kepada-Ku, niscaya Aku berikan permintaannya dan apa yang Aku miliki tidak akan berkurang sedikitpun. Semua yang kamu perbuat adalah untukmu. Aku akan menghitungnya dan kemudian Aku akan memenuhinya. Bagi yang memperoleh kebaikan hendaklah memuji Allah, tetapi bagi yang tidak memperoleh kebaikan, maka janganlah menyesali kecuali pada dirinya sendiri”. (H. R. Muslim).

Yang dimaksud dalam rangka kemanusiaan adalah membebaskan manusia dari system social yang menindas, sistem kemasyarakatan yang zalim dan struktur kehidupan yang menciptakan penderitaan masyarakat. Kemanusiaan Islam, pada sisi lain adalah  menegakkan kebenaran dan keadilan, mewujudkan kerahmatan semesta dan kemakmuran hidup manusia. Fungsi-fungsi kemanusiaan inilah yang dimaksud oleh al Qur-an dengan fungsi kekhalifahan manusia di muka bumi.(Q.S. Al Baqarah, ayat 30). Al Qur’an juga menegaskan bahwa manusia diciptakan tuhan hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Yakni mengesakan Allah dan mematuhi ajaran-ajaran Allah. Bentuk-bentuk ibadah kepada Tuhan secara perorangan sesungguhnya merupakan petunjuk Tuhan bagi manusia untuk menghadirkan Tuhan dalam diri masing-masing muslim dan menanamkan kesadaran kepada mereka akan kedudukan dan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya di muka bumi.  

Allah Akbar x 3 Walillahilhamd

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Ibadah perseorangan pada hakikatnya merupakan fondasi bagi setiap orang untuk dapat melahirkan sikap-sikap dan perilaku yang luhur. Ia selalu memberi manfaat ganda. Pada satu sisi ia merupakan cara manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, membersihkan hati dan pikiran serta membebaskan diri dari ketergantungannya kepada selain Tuhan. Pada saat yang sama ibadah tersebut juga menuntut hamba-hamba Allah untuk mengemban tugas-tugas dan tanggungjawab social serta kemanusiaan.
 
Dalam hal shalat misalnya, al Qur-an menyatakan : “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku”. Dengan kata lain shalat adalah sarana menghadirkan Tuhan dalam diri setiap individu. Kesadaran akan kehadiran Tuhan akan menjadikan manusia selalu menjalani hidupnya dengan kebaikan-kebaikan dan menjauhi keburukan-keburukan. Karena segala ucapan dan tindakannya akan selalu berada dalam pengawasan Allah. Hal ini ditegaskan pada ayat al Qur’an yang lain, yang menyatakan bahwa : “Sesunguhnya shalat mencegah manusia dari berbuat keburukan dan kemunkaran”. Dalam surah al Ma’un dinyatakan: “Apakah kamu mengetahui orang yang mendustakan agama?. Itulah orang yang tidak perduli terhadap anak yatim, tidak memberikan makan kepada orang miskin. Maka celakalah orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yakni orang yang riya (pamer) dan orang-orang yang tidak mau memberikan sesuatu yang berguna (bagi orang lain)”.  

Puasa disamping merupakan cara manusia untuk dapat mengendalikan diri dari sifat-sifat yang seringkali bersifat hedonistic, serba menginginkan kesenangan material bagi dirinya sendiri. Puasa juga merupakan cara untuk menanamkan kejujuran, kesabaran, ketabahan, kepedulian sosial, kedermawanan, kasih sayang antar sesama, dan keramahan. Ini adalah bentuk-bentuk konkrit dari makna taqwa sebagaimana disebutkan Al Qur-an.(Q.S. Al Baqarah 183).

Zakat Fitrah, kata Nabi saw, diwajibkan guna membersihkan hati orang yang berpuasa dari ucapan yang buruk (thuhratan li al shaa-im min al laghwi wa al rafats) dan memberi makan kepada orang-orang yang miskin (thu’matan li al masaakin)”.  Zakat Mal adalah aksi pemberian makan bagi orang-orang miskin dan orang-orang yang menanggung beban hidup yang berat, yang tertindas, yang menderita lainnya dan pembangunan ekonomi masyarakat. Dalam bahasa yang lebih umum zakat merupakan bentuk paling nyata dari masyaraka muslim untuk mewujudkan solidaritas social dan membangun kesejahteraan masyarakat dan bangsa.

 Haji di samping dimaksudkan sebagai bentuk penyerahan diri secara total kepada Tuhan, ia juga merupakan melambangkan kesatuan, kesetaraan dan persaudaraan umat manusia sedunia.
 
Dengan begitu menjadi jelas bahwa kesalehan individual selalu menuntut lahirnya efek-efek kesalehan social dan kemanusiaan. Manakala ibadah-ibadah personal tersebut tidak melahirkan efek kesalehan social dan kemanusiaan, apalagi kalau kemudian justeru melahirkan sikap-sikap buruk, negatif atau merugikan kepentingan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan, maka ia dapat dikatakan sebagai sebuah kebangkrutan dan kegagalan dalam menjalankan agama. Nabi saw pernah menyinggung persoalan ini :
 
“Apakah anda tahu siapa orang yang bangkrut?. Para sahabat nabi menjawab: “orang yang bangkrut  di antara kami adalah orang yang tidak punya uang dan harta benda”. Nabi bersabda : “tidak demikian. Orang yang bangkrut dari kalangan umatku  adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan-amalan ibadah shalat, puasa dan zakat. Tetapi pada saat yang sama ia juga datang sebagai orang yang pernah mencacimaki orang lain, menuduh orang lain, makan harta orang lain, mengalirkan darah orang lain, memukul orang lain. Maka orang-orang lain tersebut (para korban) akan diberikan pahala kebaikan dia (pelaku/al muflis). Manakala seluruh pahala kebaikannya habis sebelum dia dapat melunasinya, maka dosa-dosa mereka (para korban) akan ditimpakan kepadanya (pelaku), kemudian dia akan dilemparkan ke dalam api neraka”. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Tirmizi dari Abu Hurairah.

Allah akbar x 3 walillahilhamd

Hadirin yang berbahagia

Menciptakan kehidupan yang rukun dan damai dalam masyarakat, menegakkan hukum yang adil dan berlaku adil terhadap siapa saja, menurut Islam memiliki nilai pahala yang jauh lebih baik. Nabi saw pernah m’
enyampaikan :

“Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang lebih utama nilainya daripada nilai shalat puasa dan sedekah (zakat)?. Yaitu mendamaikan antar manusia, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh konflik antar mereka adalah kebinasaan  agama”. (Al Munawi, Syarh Al Jami’ al Shaghir, I/197).

“Satu hari seorang pemimpin bertindak adil terhadap rakyatnya adalah lebih utama daripada orang yang beribadah selama 60 tahun”.(Hadits Abu Hurairah. Lihat : Al Sakhawi : Al Maqashid al Hasanah, hlm. 334).

Jihad (perjuangan) paling utama adalah menyampaikan pesan kebenaran kepada pemerintah yang zalim”.(Al Munawi, Syarh Al Jami’ al Shaghir, I/81). Dalam riwayat Thariq bin Syihab : “…. menyampaikan pesan keadilan di hadapan penguasa yang zalim”.(Kasyf al Khafa, I/154).

Ketika Nabi bersama-sama para sahabatnya dalam perjalanan dalam rangka perang, mereka melihat seorang pemuda denga tubuhnya yang kekar. Ia tengah mencangkul di sawah. Para sahabat bergumam sendiri : “Andaikata saja dia ikut bersama kita, tentu lebih hebat”. Mendengar itu, Nabi segera mengatakan : “jika dia bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya, maka dia juga sama dengan kita, berjuang di jalan Allah (jihad fi sabilillah)”.
Dalam sebuah hadits disebutkan :

“Barangsiapa bangun di waktu pagi dan berniat menolong orang yang teraniaya dan memenuhi keperluan orang Islam baginya pahala yang sama dengan haji mabrur. Hamba Allah yang paling dicintai adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain (manusia) dan amal yang paling utama adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman, menutup rasa lapar orang lain, membebaskannya dari kesulitan hidup atau membayarkan utangnya”. (Nashaih al Ibad hlm. 4).  

Allah Akbar x3 walillahilhamd

Hadirin yang berbahagia

Hari ini kaum muslimin dituntut untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang luhur, agama kemanusiaan, agama yang memberi rahmat pada semua makhluk Allah, agama yang menjunjung tinggi keadlan. Karena itu ada tidak jalan lain bagi kaum muslimin terutama di Indonesia sekarang ini untuk melangkah lebih bersunguh-sungguh  untuk melakukan aktifitas-aktifitas sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan sebagai bentuk perwujudan dari pengabdiannya kepada Tuhan. Kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan sejumlah krisis lain yang tengah menghimpit bangsa kita tampaknya tidak cukup hanya diatasi dengan dan hanya berhenti pada melakukan ibadah-ibadah perseorangan, tetapi juga dengan perjuangan meningkatkan pendidikan dan kecerdasan masyarakat, menegakkan supremasi hukum yang adil, menumbuhkan solidaritas sosial, menghapuskan kekerasan terhadap sesama manusia, membebaskan penderitaan masyarakat. Sejarah kehidupan kaum muslimin generasi awal memperlihatkan kepada kita bahwa mereka tidak pernah melakukan pembedaan antara ibadah perseorangan dan ibadah sosial-kemasyaratan. Malam-malam kaum muslimin generasi awal adalah malam-malam yang khusyuk dalam sujud dan membaca al Qur-an, sementara siang hari mereka adalah langkah-langkah gemuruh kaki kuda dan kerja-kerja kemanusiaan. Seluruh perjuangan (jihad) untuk mewujudkan tatanan sosial yang bersih, dan adil, menghasilkan ilmu pengetahuan dan tekonologi yang tinggi, cerdas, dan menegakkan martabat kemanusiaan adalah ibadah, pengabdian kepada Tuhan yang bernilai luhur dan berpahala besar. Memadukan kerja-kerja keras yang bersifat fisik,   semangat spritual dan intelektual, serta aksi-aksi kemanusiaan adalah kunci kesuksesan mereka dalam membesarkan dan mengagungkan agama. Dalam waktu yang sangat singkat dunia yang gelap gulita berubah menjadi bersinar cemerlang. Peradaban kaum muslimin mendominasi peradaban dunia untuk waktu yang panjang.

Allah akbar x3 walillahilhamd

Hadirin Rahimakumullah

Kaum muslimin hari ini dituntut untuk bisa mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu mereka harus bisa melakukan perubahan atas dirinya sendiri dengan cara-cara sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi dan kaum muslimin generasi awal seperti tersebut di atas. Pencapaian kemajuan dan kesejahteraan kaum muslimin hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri, bukan oleh orang lain atau dengan cara menunggu uluran tangan orang lain atau bahkan tidak juga dengan menyalahkan orang lain. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, suatu bangsa, kecuali kaum atau bangsa tersebut mau merubah dirinya sendiri”.

اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Megenal Kosep Keseimbangan Hidup dalam Ajaran Budha

Oleh: Zaenal Abidin Fahmina Institute menggelar sesi kedua kegiatan Sekolah Agama dan Kepercayaan Bagi Oraang Muda Angkatan 1 di Vihara...

Populer

Artikel Lainnya