Sabtu, 7 Desember 2024

Kekerasan Itu

Baca Juga

Mereka yang seperti kalap itu pastilah orang-orang awam yang tidak begitu mengerti tentang Islam dan tidak mengenal kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tidak mengerti  bahwa Islam adalah agama damai dan kasih sayang. Agama yang mengecam kezaliman dan kekerasan. Tidak mengerti bahwa kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang bassaam, ramah dan murah senyum.

Seperti sudah diketahui –kecuali oleh mereka yang tidak mengerti dan mereka yang  tertutup hatinya karena takabur—Islam adalah agama rahmatan lil ‘aalamiin. Yang diutus membawanya adalah seorang manusia pilihan yang paling beradab dan penuh kasih sayang. Nabi Muhammad SAW. Seorang nabi yang menurut penuturan shahabat Abdullah Ibn ‘Umar (diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhari, dan imam Muslim), tidak kasar dan tidak pernah melampaui batas; nabi yang bersabda: “Inna khiyaarakum ahsanukum akhlaaqan.” (Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian ialah mereka  yang berakhlak paling baik). Shahabat Ibn ‘Umar juga menuturkan (riwayat Imam Bukhari) bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak kaku, tidak bengis, tidak suka bersuara keras di pasar, dan tidak membalas keburukan dengan keburukan melainkan memaafkan dan mengampuni.

Tentang orang Islam, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Almuslimu man salimal muslimuun min lisaanihi wayadihi” (H.R. Imam Muslim dari shahabat Jabir) “Muslim sejati ialah orang yang menjaga lisan dan tangannya  sehingga orang-orang muslim lain selamat dari daripadanya.”

Mungkin mereka yang melakukan kekerasan itu sekedar wayang-wayang yang terbakar oleh provokasi imam-imam mereka. Mereka diyakinkan, misalnya, bahwa kelompok AKKBB itu pembela kaum sesat Ahmadiyah atau antek-antek Yahudi dan Amerika. Tapi apapun alasannya  tindakan anarki dan kekerasan tidak dibenarkan baik oleh akal sehat, oleh Islam, dan oleh Negara.

Negara ini adalah negara hukum. Saya sungguh khawatir kekerasan-kekerasan yang terjadi seperti kemarin itu justru akan membuat konflik horizontal berkepanjangan yang ujung-ujungnya akan merugikan umat Islam sendiri, Islam, dan Indonesia. Apalagi saat ini ‘tensi masyarakat’ sedang sangat tinggi. Karena itu pemerintah -sebagai pihak yang paling utama bertanggungjawab yang mengemban amanat dan memiliki perangkat untuk menyelesaikan permasalahan  seperti konflik horizontal ini— hendaknya segera bertindak sesuai kewenangannya serta sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku di negeri ini.

Sementara itu kaum muslimin sebagai mayoritas di negeri ini, terutama para pimpinan mereka –termasuk dalam rangka memperjuangkan prinsip mulia apapun- hendaklah tetap mengedepankan sikap tidak berlebih-lebihan, sikap kearifan dan kesantunan  seperti yang diajarkan dan dicontohkan oleh Pemimpin agung kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak justru mengikuti cara-cara munkar yang seharusnya kita cegah. Semangat membela Islam dan amar makruf nahi munkar, mestilah dilakukan dengan cara-cara Islami.

Semoga Allah menunjukkan kita ke jalan yang benar yang Ia ridhai. Amin. []


A. Mustofa Bisri, pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru

Sekolah Agama dan Kepercayaan: Memahami Teologi Kekeristenan

Oleh: Zaenal Abidin Fahmina Institute Persekutuan bersma Gereja-gereja di Indonesia Setempat (PGIS) Cirebonsukses menggelar diskusi lintas iman dalam rangka Sekolah...

Populer

Artikel Lainnya